Mohon tunggu...
Fia afifaturrohmah
Fia afifaturrohmah Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Saya mahasiswi IAIN PONOROGO saya sekarang semester 2 di jurusan PGMI

Memasak

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pola Asuh dan Pengasuhan Orang Tua untuk Membentuk Kepribadian Anak

30 Mei 2024   23:27 Diperbarui: 30 Mei 2024   23:31 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Klasifikasi pola asuh yang disampaikan oleh Baumrind ini hampir serupa dengan yang diutarakan oleh Hurlock serta Hardy & Heyes, yaitu: (a) pola asuh otoriter, (b) pola asuh demokratis, dan (c) pola asuh permisif. Pola asuh otoriter ditandai dengan orang tua yang membuat semua keputusan, di mana anak harus mematuhi tanpa bertanya. Pola asuh demokratis mendorong anak untuk mengungkapkan keinginan mereka. Sementara itu, pola asuh permisif memberikan kebebasan penuh kepada anak untuk bertindak sesuai keinginan mereka. Melalui pola asuh ini, anak belajar berbagai hal, termasuk pengembangan karakter. 

Dampak pola asuh otoriter (yang menuntut kepatuhan total anak terhadap keputusan orang tua) dan pola asuh permisif (yang memberikan kebebasan penuh kepada anak) sangat berbeda dengan dampak pola asuh demokratis (yang mendorong keterbukaan namun tetap bertanggung jawab dan mandiri) terhadap hasil pendidikan karakter anak. Dengan kata lain, jenis pola asuh yang diterapkan orang tua sangat menentukan keberhasilan pendidikan karakter anak dalam lingkungan keluarga.

a. Pola Asuh Otoriter

Pola asuh otoriter adalah metode mendidik anak yang menerapkan kepemimpinan yang kaku dan tegas. Orang tua dengan pola asuh ini menentukan semua kebijakan, langkah, dan tugas tanpa melibatkan anak dalam pengambilan keputusan. Sikap ini mencerminkan tindakan yang keras dan sering kali diskriminatif, di mana anak dituntut untuk mematuhi semua perintah dan keinginan orang tua. Pengawasan terhadap perilaku anak sangat ketat, anak kurang diberikan kepercayaan, sering dihukum, dan jarang mendapatkan pujian atau penghargaan atas prestasinya.

Menurut Baumrind, pola asuh otoriter ditandai dengan hubungan yang tidak hangat antara orang tua dan anak serta seringnya pemberian hukuman. Pola asuh ini menerapkan aturan yang ketat dan memaksa anak untuk berperilaku sesuai dengan keinginan orang tua, membatasi kebebasan anak untuk bertindak, dan jarang melibatkan anak dalam komunikasi, diskusi, atau pertukaran pikiran.

Orang tua yang otoriter cenderung merasa bahwa semua tindakan mereka sudah benar sehingga tidak membutuhkan masukan dari anak dalam pengambilan keputusan yang menyangkut anak. Pola asuh ini juga ditandai dengan hukuman yang keras dan aturan yang sangat ketat, yang sering kali tetap diberlakukan hingga anak mencapai usia dewasa. Menurut Abdul Aziz Al Qussy, yang dikutip oleh Chabib Thoha, tugas orang tua adalah membantu anak memenuhi kebutuhan hidupnya. Namun, pola asuh otoriter cenderung mengurangi kasih sayang, sentuhan, dan kedekatan emosional antara orang tua dan anak, menciptakan jarak antara "si otoriter" (orang tua) dan "si patuh" (anak).

Penelitian oleh Fagan menunjukkan bahwa faktor keluarga dan tingkat kenakalan anak saling berkaitan, di mana keluarga yang broken home, kurangnya kebersamaan dan interaksi, serta orang tua yang otoriter cenderung menghasilkan remaja yang bermasalah. Pola asuh ini berdampak pada kualitas karakter anak, dengan studi yang menunjukkan bahwa anak yang dibesarkan oleh orang tua otoriter cenderung kurang bertanggung jawab karena semua keputusan dibuat oleh orang tua. McCartney dan Taylor menemukan bahwa ada hubungan signifikan antara gaya pengasuhan dan depresi, di mana anak-anak dari orang tua otoriter mengalami lebih banyak tekanan dibandingkan dengan anak-anak yang diasuh oleh orang tua permisif.

b. pola asuh demokratis

Pola asuh demokratis ditandai dengan pengakuan orang tua terhadap kemampuan anak. Anak diberi kesempatan untuk tidak selalu bergantung pada orang tua dan diberikan sedikit kebebasan untuk memilih apa yang terbaik bagi dirinya. Pendapat anak didengarkan dan mereka dilibatkan dalam diskusi, terutama yang berkaitan dengan kehidupan mereka sendiri. Anak juga diberi kesempatan untuk mengembangkan kontrol internal sehingga mereka dapat belajar bertanggung jawab atas diri sendiri sedikit demi sedikit.

c. pola asuh permisif

Pola asuh permisif adalah metode di mana anak dibiarkan bertindak sesuai dengan keinginannya tanpa hukuman atau pengendalian dari orang tua. Pola asuh ini memberikan kebebasan tanpa batas kepada anak untuk berperilaku sesuai keinginannya, tanpa aturan atau arahan dari orang tua. Akibatnya, anak sering kali bertindak sesuai dengan keinginannya sendiri, meskipun kadang-kadang bertentangan dengan norma sosial.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun