Mohon tunggu...
Fidelis Harefa
Fidelis Harefa Mohon Tunggu... Pengacara - Info Singkat

Berasal dari Pulau Nias, tepatnya di Nias Utara. Saat ini berdomisili di Kalimantan Tengah, Kota Palangka Raya. Co-Founder/Managing Partner Law Firm Kairos

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kalteng: Hutan Musnah, Banjir Menyerang

17 Februari 2015   02:33 Diperbarui: 17 Juni 2015   11:04 288
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sore tadi, Senin 16 Februari 2015, kulakukan lagi aktivitas yang sudah saya tinggalkan pada tahun 2009 yang lalu. Keliling sambil membawa kamera bergantung di leher sudah tidak saya lakukan lagi sejak tahun itu, tapi sore ini kulakukan lagi, walau hanya bermodal kamera handphone yang saya miliki. Aksi ini didorong oleh rasa penasaran atas cerita tetangga tentang banjir yang melanda perkampungan Mendawai, Pasar Kahayan dan sekitarnya (Palangka Raya). Katanya, ini adalah banjir terbesar dalam sejarah di mana luapan air sungai Kahayan semakin naik dari sebelumnya.

Berikut, saya menunjukkan sedikit rekam foto hasil jepretan sederhana:

[caption id="attachment_351432" align="aligncenter" width="565" caption="Dokpri: Di pertigaan Jl. Tjilik Riwut dan Jl. Garuda, tempat yang sebelumnya tidak pernah tergenang air, kini mendapat luapan air kiriman dari sungai Kahayan. Diperkirakan, kira-kira 2-3 m lagi, akan sama dengan tingginya Jalan Tjilik Riwut."][/caption]

[caption id="attachment_351433" align="aligncenter" width="567" caption="Dokpri: Pasar Kahayan, yang dikenal sebagai Pasar Tradisional Modern itu pun tergenang air."]

14240879011356983853
14240879011356983853
[/caption]

[caption id="attachment_351435" align="aligncenter" width="567" caption="Dokpri: Perkampungan Mendawai sudah tergenang mencapai 0,5 - 1 m. Warga sebagian sudah mengungsi ke tempat lain. Kendaraan tidak bisa masuk lagi ke perkampungan ini karena batas pinggir jalan tidak kelihatan dengan jelas."]

14240882041296619998
14240882041296619998
[/caption]

Di tempat lain, Jalan Utama yang menghubungkan Kota Palangka Raya dengan Desa Bukit Rawi (Jalan menuju ke Kabupaten Murung Raya dan Gunung Mas), juga tergenang air mencapai kurang lebih 1m. Kendaraan-kendaraan mengalami kesulitan untuk melewati jalan ini, selain disebabkan oleh tingginya air, juga oleh arus air yang kuat. Tempat tersebut tepatnya di sekitar Danau Lais, sekitar 14 km dari Kota Palangka Raya.

[caption id="attachment_351439" align="aligncenter" width="536" caption="(Foto: Remula Ratnati): Foto sekitar Danau Lais, dipotret dari dalam mobil."]

14240885421066417814
14240885421066417814
[/caption]

[caption id="attachment_351440" align="aligncenter" width="567" caption="(Foto: Rm. Laurensius Ketut Supriyanto): Foto sekitar Danau Lais. Biasanya jalur ini aman. Tahun ini agak lain. Dan sampai saat ini, air semakin naik."]

14240887051242544089
14240887051242544089
[/caption]

Selain tempat-tempat di atas, tempat Pemukiman penduduk di Daerah Flamboyan Bawah, pinggir sungai Kahayan, sepanjang jalan bawah menuju pasar besar (Jl. A. Yani - Palangka Raya), yang dulu tidak pernah digenangi air, kini tergenang juga. Dari jembatan kahayan, saya mengambil satu gambar Daerah Flamboyan Bawah sebagai berikut:

[caption id="attachment_351441" align="aligncenter" width="567" caption="Dokpri: terlihat dari jembatan Kahayan pemukiman penduduk di Flamboyan Bawah tergenang air."]

14240890771679778200
14240890771679778200
[/caption]

Bila dilihat dari peta Google, daerah-daerah yang dilanda banjir ini adalah sebagai berikut:

[caption id="attachment_351442" align="aligncenter" width="567" caption="Dokpri: Secreenshoot Google Map"]

14240892781664964072
14240892781664964072
[/caption]

Banjir Datang dari Mana?

Bahaya banjir yang mungkin luput dari kewaspadaan masyarakat Kalteng disebabkan oleh beberapa hal yang bila tidak dihentikan, akan mendatangkan bencana besar. Salah satunya adalah penebangan kayu hutan secara terus-menerus tanpa melakukan penanaman kembali. Pulau Kalimantan yang dulunya dikenal sebagai daerah hutan tropis yang luas dan disebut sebagai paru-paru dunia, kini dipertanyakan keberadaanya akibat hutan semakin rusak. Perkebunan Kelapa Sawit pun telah menjadi sebab musnahnya hutan, selain disebabkan juga oleh kebakaran lahan yang terus-menerus terjadi setiap tahun.

[caption id="attachment_351443" align="aligncenter" width="567" caption="(Foto: Rm. Laurensius Ketut Supriyanto): Kayu-kayu ini siap dijual. Tidak jelas siapa yang bertanggung jawab atas hal ini."]

1424089561606326957
1424089561606326957
[/caption]

Selain itu, terjadinya pendangkalan sungai menimbulkan daya tampung sungai terhadap air sangat berkurang. Pendangkalan ini disebabkan oleh maraknya usaha "Lanting Sedot" oleh para pemburu emas.

[caption id="attachment_351445" align="aligncenter" width="576" caption="Sumber foto dari www.kapuas.info"]

14240897621416355332
14240897621416355332
[/caption]

Dari peristiwa banjir kali ini, kita sudah bisa memprediksi keadaan di Kalteng, khususnya pinggiran Kota Palangka Raya 5-10 tahun ke depan bila tidak ada upaya untuk menghentikan segala kegiatan perusakan lingkungan hidup. Luapan air yang menggenangi pinggir Kota Palangka Raya merupakan air kiriman dari hulu sungai Kahayan. Di sanalah terjadi penebangan hutan dan juga usaha-usaha "lanting sedot" seperti saya sebutkan tadi.

"Selamatkan hutan kita, selamatkan jiwa kita, selamatkan anak cucu kita".

Palangka Raya, 16 Februari 2015

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun