"Setidaknya itu menjadikanmu manusia berharga. Pengorbananmu untuk makhluk hidup itulah yang menjadi hargamu, dan itu menjadikanmu dirimu mahal."
Garis bibir Awan membentuk senyuman tipis amat samar, tapi itulah senyuman pertamanya. Kemudian sera menyerahkan sebuah kartu nama, agar Awan dapat menghubungi nya kapan pun dibutuhkan.
Hujan sudah berhenti, namun awan mendung masih bergelayut manja di langit seperti hati Awan. Walau badai masih berkecamuk, namun kini ia tahu bagaimana menghadapinya. Ia memutuskan mengikuti kemana badai membawanya untuk melihat pelangi. Setiap hidup adalah lautan, dan ia adalah pelaut di hidupnya sendiri.
Ia membalik buku yang diberikan Sera, satu kalimat tertulis tebal "Tuhan selalu memberi kesempatan untuk kamu, menjadi versi terbaik dirimu". Sebuah kalimat yang kelak akan menjadi pegangannya dalam kehidupannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H