Selain itu, KPAI menganggap bahwa yang dilakukan PB Djarum merupakan bentuk promosi produk tembakau kepada anak-anak sehingga anak akan berpikir bahwa rokok itu bukan sesuatu yang berbahaya bagi kesehatan, karena berdasarkan hasil penelitian yang mereka dapatkan"Itu sudah kami lakukan survei kepada anak-anak. Jadi ada empat dari lima anak yang ditanya mengatakan kalau Djarum itu pasti rokok, Djarum Foundation itu rokok. Walaupun dia sebut ini kan beda, tapi survei yang terjadi pada anak begitu," tambahnya.
Aneh juga sih KPAI itu, loud and clear PB Djarum itu bukan PT Djarum yamg memang perusahaan pengolah produk-produk tembakau, PB Djarum itu Persatuan Bulutangkis Djarum. Dua entitas berbeda, dengan pengurus dan tujuan berbeda pula.
Yang kemudian KPAI lakukan adalah mengasosiasikan kedua Entitas itu menjadi satu kesatuan, cuma berdasarkan asumsi dan penelitian yang katanya dilakukan mereka, walau tak jelas benar siapa yang melaksanakan penelitian tersebut.
Selidik punya selidik ternyata yang melakukan penelitian seperti yang diklaim KPAI itu ternyata sebuah LSM bernama "Yayasan Lentera Anak (YLA)".
LSM yang bergerak di bidang perlindungan anak ini, memang gencar sekali menyerang kegiatan Audisi ini karena dibiayai perusahan Rokok.
Dalam satu kesempatan di bulan Februari 2019 lalu,  Ketua YLA Lisda Sundari melaporkan  kepada KPAI, bahwa menurut hasil penelitian mereka kegiatan Audisi Beasiswa Bulutangkis  PB Djarum merupakan bentuk eksploitasi anak dan pencitraan perusahaan.
"Pemenang audisi ini sebenarnya bukanlah anak-anak yang mendapat secuil beasiswa, melainkan adalah penyelenggara audisi. Karena mereka membangun pasar masa depan dan pencitraan sebagai perusahaan yang seolah-olah peduli (dengan  bulutangkis) melalui kegiatan ini" ujar Lisda dalam penggalan laporanya 15 Februari lalu seperti yang dikutip dari situs Lentaraanak.org
Tuduhan mengerikan yang hanya berdasar asumsi-asumsi tanpa penelitian yang kredibel. Hal ini lah yang kemudian menjadi dasar KPAI melakukan tekanan kepada pelaksanaan audisi pencarian bakat bulutangkis menimbulkan polemik berkepanjangan antara KPAI vs PB Djarum, yang terakhir membuat PB Djarum menghentikan kegiatan ini.
Apabila kita amati cuitan-cuitan dari LSM lentera Anak  terkait masalah audisi ini memang sangat keras, entah apa motivasi mereka, apakah benar-benar murni untuk kepentingan anak atau kepentingan donaturnya.
Jika dasarnya kepentingan anak, untuk mencegah eksploitasi anak rasanya banyak kok audisi audisi anak-anak yang menggunakan anak sebagai obyeknya. Masterchef kid di RCTI, Indonesia idol kids atau Hafiz Al Quran misalnya itu melibatkan anak -anak dan mereka sama lah pasti dilatih dengan jangka waktu tertentu dan intensitas yang tinggi, seperti audisi bulutangkis, terus kemana mereka? Kok audisi itu tidak dihentikan?
Asal tahu saja Pembibitan usia dini itu lazim terjadi dibelahan manapun didunia ini, bakat itu harus ditemukan kemudian dibina dan diarahkan dengan sistematis, tak mungkin abrakadabra, jadi seperti Susi Susanti meraih medali emas Olimpiade.Â