Dan fenomena terus berlanjut dalam penerbitan SBN ritel selanjutnya, terakhir seri Sukuk Ritel Sub seri SR021T3 dan SR021T5 yang dirilis mulai 23 Agustus-18 September 2024 dipesan sebesar Rp24,22.Â
Nilai pemesanan SR021T3 yang sebesar Rp19,27 trilium, sementara SR021T5 hanya senilai Rp4,94 triliun.
Begitu pun, ORI026 sub seri ORI026T3 bertenor 3 tahun dan ORI026T6 dengan masa jatuh tempo 6 tahun, hasilnya ORI026T3 jauh lebih banyak dipesan oleh investor, mencapai Rp16,31 triliun dari total pemesanan yang sebesar Rp19,35 triliun.
Artinya hanya Rp3,04 triliun yang dipesan investor untuk ORI026T6 yang bertenor lebih panjang.
Analisa
Berdasarkan pengamatan dan analisa sederhana saya, ada beberapa faktor utama yang mendasari preferensi investor terhadap SBN ritel bertenor lebih pendek dalam skema dual tranches ini.
Dari sisi profil  investor, merujuk pada konsep behavioral finance, teori yang menggabungkan ilmu psikologi dan ilmu ekonomi untuk menjelaskan bagaimana emosi dan bias kognitif mempengaruhi keputusan investasi.
Sebagian besar investor, terutama investor pemula yang faktanya banyak berinvestasi di SBN ritel cenderung lebih memilih investasi dengan risiko yang lebih rendah.Â
Tenor yang lebih pendek dianggap memiliki volatilitas yang lebih rendah, sehingga risiko fluktuasi  juga lebihk pendek waktunya.
Kemudian, horizon waktu yang dimiliki investor lebih pendek, lantaran periode idle money yang mereka miliki cukup singkat, sehingga tenor yang pendek lebih sesuai dengan tujuan finansialnya.
Selain itu, investor seringkali lebih menyukai kepastian akan hasil investasi mereka dalam jangka pendek.Â
Dengan tenor yang lebih pendek, mereka dapat dengan cepat mengetahui hasil investasi mereka dan mengambil keputusan selanjutnya.