Data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) per Juni 2024 menunjukkan penurunan penjualan kendaraan roda empat sebesar 10,8 persen menjadi 498.767 unit dan roda dua sebesar 23,9 persen atau sebesar 2.777.389 unit.
Sejumlah analis industri bermotor menyatakan bahwa hal ini dipengaruhi oleh melemahnya daya beli masyarakat.
Terkikisnya kekuatan konsumsi kelas menengah juga menjadi sorotan. Data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) menunjukkan penurunan proporsi kelas menengah dalam struktur penduduk Indonesia menjadi 17,44 persen pada tahun 2023, anjlok dari 21,24 persen pada tahun 2019.
BPS juga melaporkan penurunan jumlah kelas menengah Indonesia dari 57,3 juta orang pada tahun 2019 menjadi 47,85 juta orang pada tahun 2024.
Meskipun indikator-indikator tersebut menunjukkan potensi pelemahan ekonomi, Indonesia masih jauh dari resesi karena paling tidak dalam empat kuartal terakhir pertumbuhan ekonomi masih positif.
Namun,di tengah data perekonomian Indonesia yang cenderung temaram seperti warung remang-remang, kita dihadapkan pada fakta yang cukup paradoksal dan sangat menarik untuk dicermati.
Meskipun daya beli masyarakat Indonesia dianggap melemah dan volume kelas menengah terus berkurang, tetapi nyaris seluruh acara konser-konser artis-artis internasional maupun domestik yang mematok harga tiket hingga jutaan rupiah, laris manis tanjung kimpul, ludes, bahkan berebut untuk mendapatkannya.
Terakhir Konser musisi asal Amerika Serikat John Legend yang dilaksanakan pada Minggu 6 Oktober 2024 kemarin, yang kisaran harga tiketnya, termurah Rp900 ribu hingga Rp5,5 juta ludes diserbu masyarakat
Fenomena ini memunculkan pertanyaan: Jika ekonomi Indonesia memang tengah lesu dan daya beli masyarakat melemah, mengapa setiap konser selalu dipenuhi penonton, padahal harga tiketnya tidak murah? Berbagai festival musik pun selalu tumpah ruah dipenuhi para penikmatnya.Â
Tidak hanya konser musik, instrumen investasi seperti Surat Berharga Negara (SBN) ritel juga tetap diminati. Penawaran Sukuk Ritel seri SR021 berhasil memobilisasi dana masyarakat sebesar Rp24,22 triliun, dengan 14.778 investor baru.Â
Padahal, menikmati konser dan berinvestasi biasanya dianggap sebagai kebutuhan tersier yang baru dipenuhi setelah kebutuhan pokok terpenuhi.