"Dampak ini sangat negatif bagi industri karena tahun lalu pun kategori minuman siap saji mengandung gula mengalami pertumbuhan negatif 2,6 persen. Artinya, industri belum rebound secara keseluruhan," katanya, seperti dilansir DetikX.
Selain itu, ia beralasan penyakit tidak menular seperti diabetes, jantung, atau obesitas tak melulu disebabkan konsumsi MBDK, sangat mungkin dari pola konsumsi umum, seperti makanan dan minuman olahan lainnya.
Di sisi lain, Pemerintah menemukan bukti-bukti yang cukup valid bahwa MBDK merupakan faktor pencetus utama tingginya prevalansi penderita diabetes di Indonesia.
Menurut data Kementerian Kesehatan (Kemenkes), prevalansi diabetes di Indonesia cenderung meningkat dari tahun ke tahun.
Berdasarkan data dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018, prevalensi diabetes di Indonesia berada di level 8,5 persen meningkat dibandingkan tahun 2013 yang sebesar 6,7 persen dan tahun 2007 yang masih ada di angka  5,7 persen, dan diprediksi prevalansinya bakal melonjak ke 10,6 persen, jika tak dimitigasi dengan baik.
Sementara jumlah penderita diabetes di Indonesia saat ini menurut data Kemenkes mencapai 19,5 juta jiwa dan diprediksi bakal melonjak menjadi 28,5 juta jiwa pada saat Indonesia memasuki usia 100 tahun, pada tahun 2045.
Jika dilihat dari kondisi ini, bukan Indonesia emas yang bakal diraih, tetapi Indonesia cemas.
Nah, salah satu penyebab utamanya adalah pola makan dan gaya hidup yang tidak sehat, terutama dalam hal mengkonsumsi MBDK secara berlebihan.
Merujuk data Survei Ekonomi Nasional (Susenas), pada tahun 2022 rumah tangga Indonesia menghabiskan paling tidak Rp90 triliun untuk belanja MBDK.
Menurut laporan CISDI (Center for Strategic Development Initiative), konsumsi MBDK di Negeri ini naik 15 kali lipat dalam dua dekade terakhir, dari 51 juta liter pada tahun 1996 menjadi 780 juta liter pada 2014.
Konsumsi gula masyarakat Indonesia pun cukup mengkhawatirkan jika ditinjau dari sisi kesehatan, menurut data BPS, konsumsi gula rata-rata penduduk Indonesia sebesar 160 gram per hari, 3 kali lipat lebih banyak dari anjuran konsumsi gula harian Kemenkes.