Terakhir, di Olimpiade Tokyo 2020 yang digelar pada tahun 2021, Anthony Sinisuka Ginting berhasil meraih medali perunggu, menandai peningkatan prestasi yang cukup signifikan. Namun, prestasi tersebut tidak mampu dipertahankan di Paris 2024, yang justru menjadi titik terendah bagi tunggal putra Indonesia.
Kegagalan di Paris ini bukan tanpa sebab. Performa pemain tunggal putra Indonesia sepanjang tahun 2024 memang kurang konsisten. Meskipun sempat memberikan harapan dengan All Indonesian Final di All England 2024 dan gelar juara Asia yang diraih Jojo, performa mereka terus menurun di turnamen-turnamen berikutnya.
Kegagalan di sektor tunggal putra ini senada dengan yang terjadi di sektor ganda putri dan ganda campuran sebelumnya, di mana wakil Indonesia juga harus tersingkir di fase grup
Asa Indonesia untuk meraih medali kini bertumpu pada ganda putra Fajar/Rian dan tunggal putri Gregoria Mariska Tunjung.
Fajar/Rian, meski berhasil melaju ke perempat final, akan menghadapi tantangan berat melawan unggulan teratas asal China, Liang Wei Keng/Wang Chang.Â
Melihat performa mereka belakangan ini, peluang untuk mengalahkan ganda putra terbaik dunia tersebut memang tidak besar. Maaf bukan pesimis, tapi realistis.
Sementara itu, Gregoria Mariska Tunjung akan berhadapan dengan Kim Ga Eun dari Korea Selatan. Rekor pertemuan keduanya memang menguntungkan Gregoria, namun ia tetap harus waspada dan tidak boleh menganggap remeh lawannya.
Realitanya, peluang Indonesia untuk meraih medali di Olimpiade Paris 2024 memang tidak sebesar yang diharapkan.
Apakah dengan fakta ini berarti bulutangkis Indonesia  bisa dianggap gagal?
At some point, yes GAGAL.
Runtuhnya prestasi tunggal putra Indonesia di Olimpiade Paris 2024 merupakan pukulan telak bagi bulutangkis Indonesia.