"Dia bukan tangan, bukan lengan, bukan kaki, bukan wajah, atau apapun dari tubuh seseorang, jadi lah nama yang lain!"
"Apalah arti sebuah nama?"
"Harumnya mawar tetaplah harum mawar, andaipun mawar berganti dengan nama lain. Dia tetap bernilai sendiri, sempurna, dan harum tanpa harus bernama mawar"
"Romeo, Please tanggalkanlah namamu, untuk mengganti nama yang bukan dirimu itu, ambilah diriku seutuhnya"
Begitulah kira-kira teks lengkap yang berkelindan utuh dalam konteksnya, dari kalimat "What's in a name"
Kisah tragedi percintaan antara dua insan manusia bernama Romeo dan Juliet, saling mencinta begitu dalam, tetapi cinta mereka mustahil diejawahtahkan menjadi kesatuan cinta yang paripurna, musababnya kedua sejoli itu berakar dari dua suku yang bermusuhan, Romeo menyandang nama suku Montague, sedangkan Juliet berasal dari suku Cupulet.
Romeo dan Juliet, sadar betul bahwa sebesar apapun cinta mereka, sekeras apapun elan mereka dalam menyatukan cintanya, selamanya cinta mereka tak pernah akan memperoleh restu, lantaran seseorang dengan nama Romeo tadi, tak akan bisa diterima oleh suku di mana Juliet berasal.
Dalam situasi, yang sungguh mengenaskan dan memicu rasa frustasi serta menimbulkan keputusasaan, terbersit pikiran dari benak Juliet seraya membayangkan " bagaimana kalau Romeo tidak bernama Romeo"Â
Dan Juliet bersenandika, "Apalah arti sebuah nama"
Namun bagi Juliet, intinya bukan penting atau tidak pentingnya sebuah nama, tapi tentang penerimaan sebuah identitas. Romeo memanggul identitas suku Montague, lawan politik suku Cupulet tempat di mana Juliet berasal.
Fakta dan kenyataan yang tak dapat diubah siapapun dan hingga kapan pun, kecuali yang diubah adalah mindset dan konstelasi politik para aktornya, sesuatu yang mustahil terjadi dalam kisan romantis tersebut.