Entah apa yang terjadi, pada Sabtu malam waktu Rusia, ketika konvoi pasukan Wagner Group sudah berada sekitar 200 km dari Moskow, Prigozhin memerintahkan untuk menghentikan gerakan pasukannya dan berbalik arah menuju markas besar mereka.
Alasannya untuk menghindari pertumpahan darah yang lebih besar. Baru kemudian diketahui bahwa keputusan tersebut diambil Prigozhin setelah dirinya melakukan perundingan dengan Kremlin yang dicomblangi oleh kawan dekatnya dan juga teman dekat Putin, Alexander Lukhashenko, Presiden negara sekutu Rusia, Belarusia.
Seperti dilansir Al Jazeera, kesepakatan tersebut diantaranya memastikan bahwa Prigozhin dan seluruh pasukan Wagner Group tak akan dikenai hukuman atas tindakannya tersebut, dan Prigozhin akan diasingkan ke Belarusia, selain itu Wagner Group dijamin akan tetap mendapatkan kontrak kerja dengan militer Rusia.
Dikabarkan, saat ini Yevgeny Progozhin berada dalam perlindungan Pemerintah Belarusia.
Drama 24 jam ini, memang cukup menegangkan sekaligus mencengangkan, semua pihak tak memperhitungkan bahwa Prigozhin bakal berani melawan Putin yang selama ini membesarkannya.
Eksistensi Wagner Group tak mungkin sampai pada titik saat ini, tanpa dukungan langsung maupun tidak langsung, baik yang diakui atau tidak dari Pemerintahan Putin.
Sebenarnya apa Wagner Group itu, bagaimana proses pendiriannya dan dimana saja mereka selama ini beroperasi, sehingga memiliki keberanian melawan induk semang yang membesarkannya?
Mengutip Wall Street Journal (WSJ), Wagner Group didirikan sebagai Private Militer Company (PMC) oleh mantan tentara khusus GPU-Spetnasz Rusia yang dikenal memiliki paham Neo-Nazi, Dmitri Utkan, pada tahun 2014.
Nama Wagner disematkan, karena Utkin terinspirasi dari seorang Komposer asal Jerman Robert Wagner yang merupakan favorit Hitler.
Dalam perjalanannya, bisnis Wagner tak lagi bisa disebut sebagai perusahaan di bidang keamanan, bisnisnya berkembang dengan cepat menjadi semacam tentakel merambah ke berbagai sektor, mulai dari katering, finansial, energi dan mineral dan lainnya, yang seluruhnya berjumlah 64 perusahaan.
Proyek pertama mereka, pada tahun 2014 saat Rusia mencaplok kawasan Semenanjung Crimea dari Ukraina.