Tantangan selanjutnya, adalah "menjual" AHY untuk kepentingan Pilpres 2024. Demokrat seperti halnya semua partai lain mencoba menjajaki kemungkinan koalisi dan kolaborasi dengan partai lain agar bisa mengusung pasangan capres.
Andai Presidential Threshold (PT) 0 persen atau paling banyak 5 persen, mungkin AHY sudah secara resmi dijadikan capres oleh Demokrat. Tetapi karena PT 20 persen sesuai Undang-Undang nomor tahun 2017 tentang Pemilu yang menjadi dasar partai politik bisa mengajukan pasangan capres, mau tidak mau Demokrat kembali harus berjuang menjual AHY , lantaran perolehan suara Demokrat tak cukup untuk maju sendiri.
Jika kita cermati, konstelasi politik saat ini paling mungkin AHY bisa "dijual"kepada Partai Nasdem yang sudah mengusung capresnya, yakni Anies Baswedan.
Itupun untuk menjadi bakal calon RI 2, karena slot untuk RI 1 sudah pasti milik Anies Baswedan lantaran hasil survey nya sangat kinclong, berada di papan atas bersama Ganjar Pranowo dan Prabowo Subianto.
Sementara AHY, hanya masuk level menengah bersama Ridwan Kamil dan Sandiaga Uno. Meskipun untuk survei bakal calon wakil presiden, AHY masuk jajaran papan atas juga bersaing dengan Sandiaga Uno dan Ridwan Kamil.
Pembicaraan intensif antar Nasdem,PKS, dan Demokrat kini sedang dilakukan, salah satu topiknya mencari pendamping Anies.
Di forum ini lah upaya Demokrat menjual AHY paling potensial berhasil, meskipun kenyataan di lapangan diskusinya sangat alot. Makanya hingga kini belum ada keputusan pasti bahkan untuk keputusan berkoalisi sekalipun.
Dalam konteks Pilpres 2024, PKS pun berusaha menjual kadernya sebagai bakal cawapresnya Anies. Di sisi lain, Anies pemilik hak prerogatif untuk menentukan siapa yang akan menjadi pendampingnya, masih terus menimbang-nimbang semua aspek calon pendampingnya.
Demokrat sendiri kelihatannya sangat all out dalam menjual AHY kali ini, salah satu kader Demokrat yang paling keras mempromosikan bos-nya adalah Ketua Bapilu Partai Demokrat, Andi Arief.
"Mas AHY punya elektabilitas. Kita bukan memaksakan Mas AHY, tapi karena AHY ada daya dorong untuk menang. Sejak 2018 elektabilitas cawapresnya sudah lumayan besar. Itu yang mempengaruhi,” kata Andi, seperti dilansir Tempo.co. Selasa (25/10/22) lalu.
Namun demikian, tak ada jaminan juga AHY akan benar-benar dipilih sebagai pendamping Anies. Meski kemungkinan itu ada.