Demikian juga dengan China yang biasa pertumbuhan ekonominya berderap kencang, pada periode yang sama harus rela tumbuh 0,4 persen saja.
Menurut Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, kinerja positif ekonomi Indonesia tersebut didorong oleh penguatan ekonomi domestik alias konsumsi rumah tangga.
Konsumsi rumah tangga pada kuartal II 2022 ini pertumbuhannya mencapai 5,51 persen atau berkontribusi sebesar 2,92 persen pertumbuhan ekonomi nasional.
Berarti lebih dari 50 persen pertumbuhan ekonomi Indonesia pada periode ini berasal dari konsumsi rumah tangga.
Selaim itu, laju ekspor yang membaik menjadi penopang lain pertumbuhan ekonomi nasional, menyumbang 2,14 persen.
Sisanya, 0,82 persen berasal  dari proses industri manufakturing dan sisanya didapatkan dari industri pariwisata, transportasi, dan pergudangan.
Namun demikian, bukan berarti kita bisa jumawa dan tenang-tenang saja. Lantaran tantangan ekonomi saat ini dan ke depannya sangat tak mudah bahkan sebagian diantaranya tak terelakan.
Intaian kenaikan inflasi benar-benar harus dicermati, agar tak liar dan menjadi tak terkendali, hingga Juli 2022 angka inflasi Indonesia mencapai 4,94 persen, tertinggi sejak 5 tahun terakhir.
Meskipun jika dibandingkan dengan negara-negara tetangga di kawasan Asean dan beberapa negara besar lainya di Eropa dan Asia serta Amerika, inflasi di Indonesia relatif lebih kecil dan terjaga.
Seperti kita tahu kenaikan inflasi secara global dipicu oleh tingginya harga komoditas pangan dan energi akibat perang berkepanjang Rusia vs Ukraina, dan sisa-sisa dampak penanganan pandemi Covid-19
Di Indonesia pun, merangkak naiknya angka inflasi ini pemicu utamanya adalah kenaikan harga pangan dalam negeri yang terjadi dalam beberapa waktu terakhir.