Daging kambing selama ini dianggap lebih berkoresterol dan memicu hipertensi dibanding daging lain lebih karena proses memasaknya.
Penggunaan garam dan santan kental saat memasak daging kambing, seperti pada olahan tongseng dan gulai menjadi salah satu penyebabnya.
Mitos lain terkait daging kambing, adalah dengan mengkonsumsinya dapat meningkatkan vitalitas, keperkasaan, dan libido pria apalagi jika yang di konsumsi "torpedo" atau kantung testis kambing jantan.
Secara medis hingga kini belum ada bukti nyata bahwa  mengkonsumsi daging kambing dapat memicu hal tersebut secara langsung.
Memang mengkonsumsi daging kambing, akan berefek panas pada tubuh karena mengandung arginin, tetapi itu bukan penanda meningkatnya gairah seksual.
Dalam hal kandungan nutrisi pun, daging kambing lebih banyak mengandung zat besi dibandingkan daging yang berasal dari hewan ternak lain seperti sapi, kerbau, ayam dan babi.
Demikian juga kalium, masih lebih banyak dikandung dalam daging kambing dibanding daging-daging lainnya.
Tetapi untuk kandungan natrium yang dapat memicu hipertensi justru daging kambing kandungannya lebih rendah dibanding daging-daging merah lainnya.
Lemak kambing pun ternyata dianggap lebih bersih dibanding dengan hewan ber daging merah lain.
Setali tiga uang kalori yang terkandung dalam daging kambing lebih rendah dibanding daging lain bahkan dari daging ayam sekalipun.
Dalam setiap 300 gram daging kambing hanya mengandung kalori sebanyak 122 kalori, jauh lebih rendah dibanding daging sapi yang kandungan kalorinya sebanyak 176 kalori dan ayam 162 kalori.