Mohon tunggu...
Efwe
Efwe Mohon Tunggu... Administrasi - Officer yang Menulis

Penikmat Aksara, Ekonomi, Politik, dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Cara Mengolah Daging Kambing agar Empuk dan Tak Berbau Prengus, serta Mitos yang Mengiringinya

10 Juli 2022   09:54 Diperbarui: 11 Juli 2022   00:44 477
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hari Raya Idul Adha  atau biasa dikenal juga dengan Idul Qurban yang saat ini tengah dirayakan umat muslim se-dunia identik dengan pemotongan hewan kurban.

Di Indonesia, yang biasanya menjadi  hewan kurban adalah sapi dan kambing. Lantaran berharga lebih terjangkau, kebanyakan masyarakat berkurban kambing.

Rentang harga kambing untuk kebutuhan kurban tahun 1443 hijriah ini seperti dilansir Kompas.com berada dikisaran harga antara Rp.1,8 juta hingga Rp. 3,5 juta per ekor.

Oleh sebab banyak yang berkurban kambing, hampir dapat dipastikan setiap rumah tangga di Indonesia mendapat pembagian daging kambing.

Biasanya sore hari setelah pembagian daging kurban dilaksanakan, semerbak daging kambing dibakar tercium dari setiap rumah.

Nah, mengolah daging kambing itu a little bit tricky, apabila salah mengolahnya bisa saja daging tersebut menjadi berbau dan alot sehingga tak sedap untuk dinikmati.

Apalagi bagi mereka yang tak menyukai daging kambing dengan alasan bau prengus-nya yang khas, jangankan untuk menyantapnya, hanya sekedar untuk menciumnya pun mereka ogah.

Sebenarnya jika diolah secara benar, bau prengus dari kambing bisa di kurangi hingga tingkat minimal sekaligus dagingnya menjadi empuk.

Melansir Kompas.com, mengutip dari salah satu chef di salah satu hotel bintang lima di Bali, agar daging kambing tak berbau saat diolah  yang pertama harus diingat ialah daging kambing jangan dicuci sebelum dimasak, alih-alih bersih nantinya bakal menjadi lebih berbau.

Selain itu, air yang digunakan sangat mungkin membawa bakteri sehingga membuat daging menjadi lebih cepat busuk.

Apabila tak akan segera dimasak, agar bisa bertahan lama segera masukan ke dalam lemari pendingin.

Meskipun sudah dilakukan treatment seperri itu, daging kambing masih tetap akan berbau, untuk mengurangi baunya lagi, pisahkan lemak yang menempel pada  daging, lantaran sumber bau prengus pada daging kambing berasal dari lemaknya tersebut.

Bau  daging kambing akan lebih tak tercium lagi apabila kemudian  menetralisir baunya dengan menggunakan bawang putih, tapi jangan terlalu banyak juga secukupnya saja.

Setelah memastikan baunya tercium minimal, agar lebih nikmat, pastikan juga keempukannya saat mengolah daging kambing tersebut.

Biasanya, agar daging empuk pastikan cara memotongnya berlawanan dengan tekstur serat daging kambing.

Setelah itu, bisa dibungkus daun pepaya selama kurang lebih 30 menit sebelum diolah atau tambahkan potongan buah nenas ketika daging dimarinasi.

Hal tersebut bisa terjadi karena nenas mengandung bromelain yang dapat membantu daging supaya lebih empuk.

Namun, harus diingat potongan nenasnya jangan terlalu banyak dan dengan durasi lama juga, karena saya pernah merendam daging kambing dengan nenas yang sudah diblender selama kurang lebih 30 menit, tekstur dagingnya tak ada sama sekali dan rasa dagingnya pun hilang

Selain perkara pengolahannya, daging kambing pun kerap dihubungkan dengan mitos-mitos yang berhubungan dengan kesehatan.

Menurut pakar nutrisi dan kesehatan  dari Universitas Wageningen Belanda, Profesor Ardy Brian Lizuardi.

Informasi yang selama ini berkembang dimasyarakat bahwa daging kambing memicu naiknya tekanan darah menjadi tinggi atau hipertensi itu tak lebih dari sekedar mitos belaka.

Daging kambing sama saja efeknya terhadap tubuh dengan daging-daging merah lain, seperti daging sapi atau daging kerbau.

Daging kambing selama ini dianggap lebih berkoresterol dan memicu hipertensi dibanding daging lain lebih karena proses memasaknya.

Penggunaan garam dan santan kental saat memasak daging kambing, seperti pada olahan tongseng dan gulai menjadi salah satu penyebabnya.

Mitos lain terkait daging kambing, adalah dengan mengkonsumsinya dapat meningkatkan vitalitas, keperkasaan, dan libido pria apalagi jika yang di konsumsi "torpedo" atau kantung testis kambing jantan.

Secara medis hingga kini belum ada bukti nyata bahwa  mengkonsumsi daging kambing dapat memicu hal tersebut secara langsung.

Memang mengkonsumsi daging kambing, akan berefek panas pada tubuh karena mengandung arginin, tetapi itu bukan penanda meningkatnya gairah seksual.

Dalam hal kandungan nutrisi pun, daging kambing lebih banyak mengandung zat besi dibandingkan daging yang berasal dari hewan ternak lain seperti sapi, kerbau, ayam dan babi.

Demikian juga kalium, masih lebih banyak dikandung dalam daging kambing dibanding daging-daging lainnya.

Tetapi untuk kandungan natrium yang dapat memicu hipertensi justru daging kambing kandungannya lebih rendah dibanding daging-daging merah lainnya.

Lemak kambing pun ternyata dianggap lebih bersih dibanding dengan hewan ber daging merah lain.

Setali tiga uang kalori yang terkandung dalam daging kambing lebih rendah dibanding daging lain bahkan dari daging ayam sekalipun.

Dalam setiap 300 gram daging kambing hanya mengandung kalori sebanyak 122 kalori, jauh lebih rendah dibanding daging sapi yang kandungan kalorinya sebanyak 176 kalori dan ayam 162 kalori.

Namun demikian, bukan berarti kita bisa mengkonsumsi daging kambing secara berlebihan, mentang-mentang lagi "banjir " daging kambing kurban. 

Alangkah lebih baiknya kita mengontrol asupan daging kambing dengan bijaksana, bukankah sesuatu yang berlebihan itu tidak baik, apapun itu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun