Mohon tunggu...
Efwe
Efwe Mohon Tunggu... Administrasi - Officer yang Menulis

Penikmat Aksara, Ekonomi, Politik, dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Memahami dan Belajar dari Kegagalan Perusahaan Rintisan WeWork

3 Juni 2022   11:45 Diperbarui: 3 Juni 2022   12:04 1248
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bagi Adam Neumann, WeWork adalah taman bermain. Semua ide-ide nya yang terkadang sangat liar dan tidak penting ia tuangkan begitu saja dengan menggunakan dana dari para investor.

Alhasil, ia harus menerima akibatnya di depak dari perusahaan yang ia dirikannya. Dan rencana WeWork untuk IPO akhirnya gagal dilakukan di akhir 2019.

Valuasi WeWork pun anjlok sangat dalam menjadi tinggal US$ 6,94 miliar.Menurut sejumlah pandit bisnis digital, memang terdapat banyak faktor yang menjadikan sebuah valuasi sebuah start-up anjlok.

Dalam konteks WeWork, salah satunya adalah isu terkait penggunaan modal yang menyimpang oleh pendiri sekaligus CEO-nya, Adam Neumann.

Menurut situs Businessinnsider.com, di bawah Neumann, WeWork pernah membakar uang per kuartal dengan nilai US$ 700 juta, sehingga membuat perusahaan kelimpungan mencari pendanaan baru.

Belajar dari kerugian dan kegagalan yang dialami oleh WeWork, penting bagi semua perusahaan terutama perusahaan rintisan untuk benar-benar memerhatikan alur keuangan yang berputar di dalam perusahaan, jangan hanya berkutat pada area top-line (pertumbuhan dengan mengabaikan area bottom-line (keuntungan).

Selain itu, hal yang tak kalah pentingnya untuk diperhatikan adalah menghindari perilaku "membakar uang" untuk hal-hal yang tidak substansial dan berhubungan langsung dengan bisnis yang sedang dikembangkan.

Kendati demikian, biasanya kegagalan berkembangnya sebuah start-up tak berfaktor tunggal. ada sejumlah hal lain yang membuat perusahaan rintisan tersebut tumbang.

Diantaranya, gagalnya mendeteksi kebutuhan pasar, sehingga produknya gagal dipasarkan, kehabisan modal, ketidakmampuan menyusun tim yang tangguh, hingga kalah dalam kompetisi dengan pesaingnya.

Kegagalan adalah sebuah pelajaran yang berarti, yang jika dialami sendiri ongkosnya akan sangat mahal. Jadi apapun yang terjadi pada WeWork tidak ada salahnya jika kita belajar dari kesalahan mereka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun