Jika benar demikian maknanya, berarti betapa dalam makna filosofis dari permainan anak tradisional yang sempat kita mainkan dahulu. Andai pun tidak valid, sudah bukan masalah juga.Â
Namun secara logika, makna dari kata pembuka permainan itu sinkron dengan arti Dari Tuhan Menuju Tuhan.
Coba bayangkan saat kita "ber-hompimpa alaihum gambreng" semua pihak yang terlibat dalam permainan secara sadar memilih bagian telapak tangan mana yang akan diperlihatkan, hitam atau putih, bagian atas atau bagian bawah tangan.
Jika kemudian pilihan tersebut membawa kita harus menjadi pihak yang "jaga" ya harus diterima secara legowo.
Itulah konsekuensi dari pilihan yang secara sadar kita lakukan. Seperti halnya dalam kehidupan, apapun pilihan yang kita ambil, Â harus siap menerima konsekuensinya.
Itu lah manifestasi dari kalimat "Dari Tuhan Menuju Tuhan" yang penuh keikhlasan dan tawadu.
Hal ini berkaitan dengan filosofi permaianan petak umpet itu sendiri. Permainan ini adalah tentang kehidupan dan kematian.
Para pemain yang kebagian untuk bersembunyi kemudian ditemukan, ibaratnya adalah manusia yang telah ditemukan oleh ajalnya.Â
Permainan ini menjadi pengingat bagi kita bahwa hidup ini fana dan akan ada hidup lain setelah kita mengakhiri kehidupan di dunia.
Terlepas dari segala macam maknanya, kata Hompimpa bisa disebut kata sakti yang sudah menjadi sahabat dan tak bisa dipisahkan dalam permainan anak tradisional.
Sayangnya permainan anak tradisional sudah jarang dimainkan lagi oleh anak-anak zaman now.Â