Mohon tunggu...
Efwe
Efwe Mohon Tunggu... Administrasi - Officer yang Menulis

Penikmat Aksara, Ekonomi, Politik, dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

"KKN di Desa Penari," Film dengan Plot Buruk yang Sedang Beruntung

11 Mei 2022   10:42 Diperbarui: 11 Mei 2022   12:08 3983
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saya tadinya tak berminat untuk menonton film horror yang saat ini lagi happening "KKN Di Desa Penari" tapi lantaran terhasut ajakan teman-teman akhirnya saya mau beranjak untuk pergi ke salah satu bioskop untuk menyaksikan kehebohan tersebut.

Ketidakberminatan saya menonton film tersebut lebih banyak lantaran saya memang bukan fanboy film-film bergenre horror.

Sebagai penonton dan penggemar akut film yang tak begitu dalam memahami teknis-teknis sinematografi, yang saya harapkan dari sebuah film Indonesia adalah kekuatan plot atau jalan ceritanya oke, setiap karakternya diperankan dengan keren dan related dengan kehidupan masyarakat Indonesia sehar-hari.

Saya tak terlalu berharap akan menemukan teknik penggarapan film yang canggih seperti dalam film Hollywood.

Harapan saya sebelum nonton film ini hanya "jangan sampai kentang deh" tak muluk-muluk. Paling tidak sebagai sebuah film box office yang sampai tulisan ini dibuat telah menembus angka 3 juta penonton, film ini mampu menunjukan kualitasnya.

Oh ya, saya pun tak pernah tahu secara  detil cerita asli tentang KKN di Desa Penari   yang diadaptasi menjadi sebuah film dari sebuah utas akun @simpleman di platform media sosial Twitter tersebut.

Jadi saya benar-benar blank atau hanya tahu sedikit sekali saat datang ke Bioskop tentang apa sih film ini, yang jelas film KKN di Desa Penari bergenre horror dan lagi hype banget, udah itu aja.

Penonton memang luar biasa banyak, setiap seat terisi penuh. Seperti kami, rata-rata penonton datang berombongan dengan rentang usia dominan antara 20-an hingga 40-an lah.

Begitu film ini dimulai saya cukup terpesona dengan pemandangan lokasinya yang sangat indah, hamparan landscape hijau bergunung-gunung dengan jembatan panjang yang keren sungguh memanjakan mata.

Nuansa film horror terbangun secara perlahan sesaat Ayu, Ilham  dan Nur memasuki hutan menuju sebuah desa "yang tak boleh disebutkan namanya"

Apalagi saat akan memasuki Desa tersebut, Nur "melihat" sesosok pria tua yang terlihat menyeramkan menggelengkan kepala seolah ingin memberi tahu "jangan teruskan"

Mereka yang merupakan mahasiswa tingkat akhir yang bermaksud menyelesaikan Kuliah Kerja Nyata(KKN) kemudian bertemu dengan sesosok pria paruh baya bernama Prabu  yang kemudian diketahui sebagai kenalan baik Ilham yang menjadi Kepala Desa di wilayah tersebut.

Desa ini berada jauh di tengah hutan di Selatan Jawa Timur.

Sampai di sini film ini masih oke, tetapi sayangnya setelah masuk ke "badan cerita" plotnya benar-benar acak kadut, loncat-loncat tak tentu arah seolah kita sedang menonton sebuah sketsa cerita yang tak berhubungan satu sama lain, ala sketsa humornya Komeng Uhuuui.

Temponya sangat lambat, sutradaranya seolah hanya ingin mengeksploitasi ketegangan dari setiap scene-nya yang menurut saya sangat menggangu.

Ketegangan itu pun seolah dilama-lamakan, awalnya sih oke tapi ketika setiap adegan tegang dibuat seperti itu jadinya yah annoying.

Suara latar berperan besar dalam membangun ketegangan itu, andai penonton tutup saja telinganya ya ga akan ada rasa tegang-tegangnya sama sekali.

Jika diperhatikan lebih seksama, banyak inkonsistensi saat membangun ketegangan tersebut. Pada saat adegan Widya akan mengambil air minum ke dapur, lantaran ingin membangun ketegangan jarak antara kamar dan dapur itu digambarkan begitu jauh.

Tapi dalam adegan lanjutannya saat Widya pingsan akibat melihat sosok ghaib yang menempel pada Nur.

Anton yang diminta kawan-kawannya untuk mengambil air minum, secepat kilat pergi dan balik lagi dari dapur ke kamar.

Padahal adegan sebelumnya menggambarkan jarak dapur dan kamar itu digambarkan sangat jauh dan butuh waktu lama untuk menempuhnya.

Inkonsistensi adegan yang dibuat hanya untuk memperoleh ketegangan tersebut terus terjadi sepanjang film, benar-benar ala sinetron yang akibatnya membuat film tersebut bergerak luar biasa lambat, seolah-olah hanya memperpanjang durasi.

Untuk jalan cerita, mungkin ini lah salah satu film terburuk yang pernah saya tonton. Apalagi penonton juga tak pernah diberi tahu latar belakang dari  karakter-karakter dalam film itu.

Penulis naskah sepertinya sengaja melewatkan pengenalan karakter tokoh pemeran utama dalam film ini, dengan asumsi kita semua penonton sudah tahu persis siapa saja tokoh utama dalam film tersebut.

Padahal tak semua orang juga tahu, contohnya karakter Nur yang selalu dibayangi oleh "pengawalnya," kok bisa dia punya pengawal, walaupun di seperempat akhir film tersebut sutradara coba menerangkan apa yang terjadi dengan hal tersebut.

Printilan lain yang mengganggu dalam film ini adalah subtittle dalam bahasa Inggris yang juga inkonsisten dan menurut saya sangat tidak pas.

Di awal cerita kata "KKN" di artikan sebagai Extracurricular, dipertengahan cerita sampe akhir KKN diartikan seperti yang tertulis dalam subtittle sebagai community services.

Terlepas dari cerita aslinya yang konon katanya setengah nyata, ala-ala urban legend, film ini jika digarap dengan plot runut serta ajeg dengan karakerisasi pemeran yang lebih kuat, bisa menjadi film yang bagus.

Menurut pendapat saya, apabila hanya dilihat dari alur ceritanya saja, film KKN di Desa Penari  bisa dikategorikan sebagai "junk movie" yang sedang beruntung saja bisa menjadi film box office.

Kualitas secara keseluruhan ratingnya 3 dari 10 lah, hanya terbantu oleh teknik pengambilan gambar, tata suara dan lokasi syuting saja. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun