Untuk jalan cerita, mungkin ini lah salah satu film terburuk yang pernah saya tonton. Apalagi penonton juga tak pernah diberi tahu latar belakang dari  karakter-karakter dalam film itu.
Penulis naskah sepertinya sengaja melewatkan pengenalan karakter tokoh pemeran utama dalam film ini, dengan asumsi kita semua penonton sudah tahu persis siapa saja tokoh utama dalam film tersebut.
Padahal tak semua orang juga tahu, contohnya karakter Nur yang selalu dibayangi oleh "pengawalnya," kok bisa dia punya pengawal, walaupun di seperempat akhir film tersebut sutradara coba menerangkan apa yang terjadi dengan hal tersebut.
Printilan lain yang mengganggu dalam film ini adalah subtittle dalam bahasa Inggris yang juga inkonsisten dan menurut saya sangat tidak pas.
Di awal cerita kata "KKN" di artikan sebagai Extracurricular, dipertengahan cerita sampe akhir KKN diartikan seperti yang tertulis dalam subtittle sebagai community services.
Terlepas dari cerita aslinya yang konon katanya setengah nyata, ala-ala urban legend, film ini jika digarap dengan plot runut serta ajeg dengan karakerisasi pemeran yang lebih kuat, bisa menjadi film yang bagus.
Menurut pendapat saya, apabila hanya dilihat dari alur ceritanya saja, film KKN di Desa Penari bisa dikategorikan sebagai "junk movie" yang sedang beruntung saja bisa menjadi film box office.
Kualitas secara keseluruhan ratingnya 3 dari 10 lah, hanya terbantu oleh teknik pengambilan gambar, tata suara dan lokasi syuting saja.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H