Mohon tunggu...
Efwe
Efwe Mohon Tunggu... Administrasi - Officer yang Menulis

Penikmat Aksara, Ekonomi, Politik, dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Jangan Pilih Calon Pemimpin yang Mempolitisasi Identitas

17 April 2022   06:05 Diperbarui: 17 April 2022   08:08 463
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menurutnya,  politik identitas adalah salah satu ancaman utama yang harus dihadapi demokrasi, yang mengalihkan energi dan berpikir untuk kepentingan yang lebih besar.

Bagaimana kita bisa bersatu untuk meraih sesuatu yang lebih besar dan hakiki apabila kita harus membelah diri menjadi faksi-faksi yang lebih kecil.

Fukuyama berujar, jika hal ini tak bisa terkontrol dengan baik "jalan ini sangat potensial membawa sebuah negara  pada kehancuran dan kegagalan"

Secara logika, bahaya dari politik identitas itu pertama akan menumbuhkan isu sektarianisme "kita versus mereka"

Kita memiliki musuh yang sama, karena itu kita perlu mencari tahu siapa kawan dan lawan. Akibatnya, muncul sikap oportunis kawan dari musuhku adalah sahabatku.

Alhasil "kita" dengan mudah akan menuduhkan guilt by associasion, kamu musuh saya lantaran anda se-golongan, se-etnis, se-agama, se-aliran dengan musuh saya. 

Hingga titik tertentu politik identititas lazim digunakan dalam dunia politik dan itu biasa saja jika terkelola dengan baik.

Menjadi sangat membahayakan keutuhan bangsa apabila identitas ini dipolitisasi untuk semata-mata kepentingan elektabilitas seseorang atau satu kelompok tertentu.

Mereka, pengguna politisasi identitas demi keuntungan elekrabilitas dalam meraih kekuasaan tak peduli implikasi serius dari lakunya tersebut bagi bangsa dan negara.

Lihat masyarakat Indonesia saat ini yang begitu nyata terbelah sekarang ini. Apapun persoalannya ujungnya selalu tentang "cebong dan kadrun"

Sungguh cara berpolitik yang tidak sehat dan sangat jauh dari semangat demokrasi yang diharapkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun