Mohon tunggu...
Efwe
Efwe Mohon Tunggu... Administrasi - Officer yang Menulis

Penikmat Aksara, Ekonomi, Politik, dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Sejarah dan Arti Oligarki bagi Rusia dan Vladimir Putin

17 Maret 2022   06:02 Diperbarui: 17 Maret 2022   18:02 888
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pemerintah Barat dan Sekutunya, berlomba-lomba menjatuhkan sanksi pada Oligarki yang dekat dengan Presiden Rusia Vladimir Putin untuk memperketat ruang gerak sektor keuangan Rusia.

Sanksi yang dijatuhkan Barat tersebut lantaran Putin memerintahkan pasukan Rusia untuk menyerang tetangganya Ukraina.

Salah satu oligarki Putin yang paling terkenal adalah Roman Abramovich, klub sepakbola Chelsea yang dimilikinya menjadi salah satu aset yang kini dibekukan oleh Pemerintah Kerajaan Inggris.

Lantaran isu perang Rusia versus Ukraina, istilah oligarki mendapat panggung. Apa sih sebenarnya oligarki itu?

Secara umum Oligarki menurut  Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah pemerintahan yang dijalankan oleh beberapa orang yang berkuasa dari golongan atau kelompok tertentu.

Sscara etimologis, Oligarki berasal dari Bahasa Yunani "Oligarkhes" yang berarti sedikit yang memerintah.

Jadi, oligarki adalah struktur kekuasaan yang dikendalikan  oleh sejumlah kecil orang yang dapat terkait dengan, kekayaan, ikatan keluarga bangsawan, kepentingan perusahaan, politik, agama, atau kekuasaan militer.

Dalam konteks Rusia, yang oleh banyak pihak disebut oligarki adalah para pengusaha super kaya , yang kekayaannya didapatkan karena ia berhubungan dengan patron-patron politik utama  di Kremlin seperti Boris Yeltsin dan Vladimir Putin.

Sehingga para oligarki ini pun memiliki pengaruh sosial dan politik sangat besar serupa penguasa Rusia.

Menurut Profesor Elise Giuliano pengajar dari University of Columbia Amerika Serikat, seperti dilansir majalah Forbes, Oligarki Rusia mulai muncul setelah  Uni Soviet bubar pada tahun 1991.

Mereka memanfaatkan situasi semrawut pengelolaan aset milik negara termasuk ribuan BUMN milik eks Uni Soviet yang saat itu kepemilikannya diobral pada pihak swasta.

Hampir seluruh transaksi pembelian perusahaan milik negara tersebut melalui deal-deal dengan penguasa yang dilakukan secara korup.

Pada periode liberalisasi pasar ini, mulai dari para pebisnis, mantan pejabat pemerintah, dan para pengusaha berlatar belakang "preman" beramai-ramai menjadikan aset negara eks Soviet sebagai bancakan.

Benih-benih oligarki Rusia mulai tumbuh antara tahun 1992 dan 1994, ketika Federasi Rusia yang baru merdeka menjalankan program yang disebut "Voucher Privatization"

Di bawah program tersebut, saham dari sekitar 15.000 perusahaan milik negara dijajakan untuk para pembeli dari kalangan swasta.

Tujuannya adalah untuk memberi kesempatan kepada siapapun warga Rusia  agar dapat memiliki saham-saham milik perusahaan negara tersebut.

Namun pada praktiknya, yang memperoleh kesempatan untuk mendapatkan saham-saham tersebut hanyalah orang-orang dilingkaran dekat penguasa saat itu.

Bahkan mereka yang memiliki koneksi politik erat dengan para pejabat Rusia di masa itu memperoleh hak untuk mengekseskusi transaksi pembelian saham perusahaan negara di bidang usaha yang benar-benar menguntungkan, dalam jumlah kepemilikan yang cukup untuk menjadi pemegang saham pengendali.

Dalam program privatisasi ini, dua pertiga perusahaan milik negara Rusia di beli oleh orang-orang yang berada di lingkaran kekuasaan

Setelah privatisasi itu berjalan, kemudian Presiden Rusia saat itu Boris Yeltsin  meminta kepada para pengusaha yang telah menjadi bagian dari privatisasi tersebut untuk membantu Rusia membiayai defisit anggaran dan kampanye Pemilu Yeltsin pada tahun 1995.

Sebagai imbalannya Yeltsin membuka opsi bagi para pengusaha yang membantunya tersebut, untuk mendapat jatah memiliki saham di 12 perusahaan negara di bidang energi.

Namun, kepemilikannya tersebut tergantung pada hasil Pemilu,jika Yeltsin menang jadi diberikan, jika tidak ya bye.. bye.

Saingan Yeltsin dalam pemilu tersebut ialah mantan anggota utama Politbiro eks Uni Soviet Gennady Zyuganov.

Jika Zyuganov yang menang, sejarah oligarki Rusia kemungkinan akan berbeda, karena menurut para ahli politik Pasca Soviet, ada kemungkinan Zyuganov akan menarik kembali saham-saham BUMN eks Soviet itu menjadi milik negara.

Karena hasil akhirnya, Boris Yeltsin yang memenangkan Pemilu tersebut, cerita oligarki ini berlanjut.

Vladimir Potanin, salah satu arsitek kesepakatan, mengambil saham pengendali di Norilsk Nickel, produsen nikel olahan terbesar di dunia

Selain Potanin, ada pula mantan orang terkaya Rusia  Mikhail Khodorhovsky dan  pemilik Chelsea Roman Abramovich yang memperoleh konsesi di bidang minyak dan gas.

Oligarki Rusia sempat mengalami kemunduran lantaran terpukul  krisis moneter 1998. Tetapi, tiga tahun kemudian mereka bangkit setelah booming komoditas melanda dunia.

Melonjaknya harga komoditas dan meningkatnya integrasi ekonomi Rusia ke Barat pada tahun 2000-an mencetak puluhan taipan baru. Pada tahun 2001, Rusia memiliki delapan miliarder dengan nilai kolektif US$ 12,4 miliar . 

Sepuluh tahun kemudian seperti dilansir situs Forbes.com, ada 101 miliarder dengan kekayaan senilai US$ 432,7 miliar

Dalam perkembangannya, oligarki-oligarki baru tumbuh pasca Putin memerintah Rusia di awal 2000-an.

Pada masa itu, Putin secara bergantian memperkaya dan menghukum oligarki. Putin memperlakukan para taipan dan pebisnis itu seperti layaknya  pion dalam permainan catur politiknya.

Mikhail Khodhorovsky yang sempat menjadi orang paling kaya Rusia pada awal 2000-an, dijatuhi hukuman 10 tahun penjara dan hampir seluruh kekayaannya di beslah oleh negara lantaran tuduhan kejahatan pajak.

Padahal ia dihukum dan dimiskinkan lantaran mendukung saingan politik Putin pada tahun 2003.

Namun, tak hanya menghukum, Putin pun bisa memperkaya dan menjadikan mantan-mantan pejabat  yang setia kepadanya sebagai pengusaha yang menguasai berbagai BUMN Rusia.

Salah satunya, adalah Yuri Kovlachuk yang merupakan kawan seperjuangan Putin saat meniti karir di KGB.

Ia memperoleh porsi saham yang besar di sektor usaha perbankan dan telekomunikasi melalui hubungannya dengan Putin.

Menenggarai situasi seperti ini yang kerap berulang. Para oligarki segera menyadari bahwa kekayaan mereka bergantung  pada kepatuhan mereka terhadap  Putin.

Selain Khodhorovsky yang ditendang Putin karena melawannya, ada nama Oligarki top lain Boris Berezovsky yang usahanya  berkembang pesat di jaman Yeltsin.

Namun karena kritis terhadap Putin akhirnya ia dibuang ke tempat pengasingan di luar negeri setelah dipaksa menjual seluruh kepemilikan sahamnya di berbagai media Rusia.

Pesan Putin terhadap kondisi ini jelas dan terang, bahwa kepentingan Putin baik secara politik dan ekonomi harus menjadi prioritas bagi para oligarki tersebut.

Kekuasaan Putin terhadap para oligarkinya, hampir tak berbatas. Apapun yang ia mau harus ditunaikan, jika tidak, siap-siap saja menderita.

Pada tahun 2005 dengan alasan untuk memperkuat keuangan negara, Putin meminta Abramovich untuk menjual sahamnya di perusahaan minyak Sibnef  yang sebenarnya merupakan sumber penghasilan utamanya kepada Perusahaan gas milik negara Gazpom.

Tanpa ba bi bu, Abramovich pun menjual sahamnya tersebut. Mikhail Fridman dan Viktor Vakselberg pemilik Tyumen Oil sejak tahun 1997, diperintahkan Putin untuk menjual sahamnya ke Rosneft yang dimiliki Kremlin, keduanya pun patuh.

Dari kepatuhannya tersebut, ketiga oligarki Rusia ini masih cukup kaya untuk masuk ke dalam 20 besar orang terkaya di Rusia. Meskipun mereka harus kehilangan sumber kekayaan utamanya.

Karena Putin membayar atas segala kesetiaan para oligarkinya tersebut.

Menurut Stanislav Markus, Profesor Bisnis Internasional University of South Carolina AS, dalam beberapa tahun belakangan Putin mulai mengkonsolidasikan kekuatannya dengan lebih ketat dan memegang kontrol pada berbagai sektor bisnis yang dikendalikan pihak swasta.

Sehingga memunculkan generasi baru oligarki Rusia yang disebut "Silovach" gabungan antara oligarchi dan siloviki.

Siloviki istilah dalam bahasa Rusia yang berarti jaringan militer dan intelejen elit yang ditugaskan untuk keamanan negara.

Jadi silovach adalah Oligarki yang dibentuk dari sisi kemiliteran. Banyak Silovach merupakan kawan-kawan Putin di masa dirinya menjadi KGB atau saat mereka menjadi anak buah Putin di St Petersburg pasca runtuhnya Uni Soviet.

Saat ini hampir seluruh perusahaan-perusahaan besar di Rusia di kuasai oleh Silovach ini. Kondisi inilah yang menjadi salah satu pondasi kuat bagi Putin dalam menggenggam kekuasaanya di Rusia.

Para oligarki dan Silovach akan terus bertahan mendukung apapun yang Putin lakukan  dan perintahkan.

Makanya guncangan politik sebesar apapun akibat sanksi ekonomi yang datang bergelombang dari barat tak akan membuat Putin gentar.

Time to payback, kini saatnya oligarki membalas budi atas segala privilege yang diberikan Putin terhadap mereka, hal ini menjadi semacam tabungan kebaikan yang akan diingat dan dibayar Putin, kelak dikemudian hari. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun