Hampir seluruh transaksi pembelian perusahaan milik negara tersebut melalui deal-deal dengan penguasa yang dilakukan secara korup.
Pada periode liberalisasi pasar ini, mulai dari para pebisnis, mantan pejabat pemerintah, dan para pengusaha berlatar belakang "preman" beramai-ramai menjadikan aset negara eks Soviet sebagai bancakan.
Benih-benih oligarki Rusia mulai tumbuh antara tahun 1992 dan 1994, ketika Federasi Rusia yang baru merdeka menjalankan program yang disebut "Voucher Privatization"
Di bawah program tersebut, saham dari sekitar 15.000 perusahaan milik negara dijajakan untuk para pembeli dari kalangan swasta.
Tujuannya adalah untuk memberi kesempatan kepada siapapun warga Rusia  agar dapat memiliki saham-saham milik perusahaan negara tersebut.
Namun pada praktiknya, yang memperoleh kesempatan untuk mendapatkan saham-saham tersebut hanyalah orang-orang dilingkaran dekat penguasa saat itu.
Bahkan mereka yang memiliki koneksi politik erat dengan para pejabat Rusia di masa itu memperoleh hak untuk mengekseskusi transaksi pembelian saham perusahaan negara di bidang usaha yang benar-benar menguntungkan, dalam jumlah kepemilikan yang cukup untuk menjadi pemegang saham pengendali.
Dalam program privatisasi ini, dua pertiga perusahaan milik negara Rusia di beli oleh orang-orang yang berada di lingkaran kekuasaan
Setelah privatisasi itu berjalan, kemudian Presiden Rusia saat itu Boris Yeltsin  meminta kepada para pengusaha yang telah menjadi bagian dari privatisasi tersebut untuk membantu Rusia membiayai defisit anggaran dan kampanye Pemilu Yeltsin pada tahun 1995.
Sebagai imbalannya Yeltsin membuka opsi bagi para pengusaha yang membantunya tersebut, untuk mendapat jatah memiliki saham di 12 perusahaan negara di bidang energi.
Namun, kepemilikannya tersebut tergantung pada hasil Pemilu,jika Yeltsin menang jadi diberikan, jika tidak ya bye.. bye.