Padahal ia dihukum dan dimiskinkan lantaran mendukung saingan politik Putin pada tahun 2003.
Namun, tak hanya menghukum, Putin pun bisa memperkaya dan menjadikan mantan-mantan pejabat  yang setia kepadanya sebagai pengusaha yang menguasai berbagai BUMN Rusia.
Salah satunya, adalah Yuri Kovlachuk yang merupakan kawan seperjuangan Putin saat meniti karir di KGB.
Ia memperoleh porsi saham yang besar di sektor usaha perbankan dan telekomunikasi melalui hubungannya dengan Putin.
Menenggarai situasi seperti ini yang kerap berulang. Para oligarki segera menyadari bahwa kekayaan mereka bergantung  pada kepatuhan mereka terhadap  Putin.
Selain Khodhorovsky yang ditendang Putin karena melawannya, ada nama Oligarki top lain Boris Berezovsky yang usahanya  berkembang pesat di jaman Yeltsin.
Namun karena kritis terhadap Putin akhirnya ia dibuang ke tempat pengasingan di luar negeri setelah dipaksa menjual seluruh kepemilikan sahamnya di berbagai media Rusia.
Pesan Putin terhadap kondisi ini jelas dan terang, bahwa kepentingan Putin baik secara politik dan ekonomi harus menjadi prioritas bagi para oligarki tersebut.
Kekuasaan Putin terhadap para oligarkinya, hampir tak berbatas. Apapun yang ia mau harus ditunaikan, jika tidak, siap-siap saja menderita.
Pada tahun 2005 dengan alasan untuk memperkuat keuangan negara, Putin meminta Abramovich untuk menjual sahamnya di perusahaan minyak Sibnef  yang sebenarnya merupakan sumber penghasilan utamanya kepada Perusahaan gas milik negara Gazpom.
Tanpa ba bi bu, Abramovich pun menjual sahamnya tersebut. Mikhail Fridman dan Viktor Vakselberg pemilik Tyumen Oil sejak tahun 1997, diperintahkan Putin untuk menjual sahamnya ke Rosneft yang dimiliki Kremlin, keduanya pun patuh.