Saingan Yeltsin dalam pemilu tersebut ialah mantan anggota utama Politbiro eks Uni Soviet Gennady Zyuganov.
Jika Zyuganov yang menang, sejarah oligarki Rusia kemungkinan akan berbeda, karena menurut para ahli politik Pasca Soviet, ada kemungkinan Zyuganov akan menarik kembali saham-saham BUMN eks Soviet itu menjadi milik negara.
Karena hasil akhirnya, Boris Yeltsin yang memenangkan Pemilu tersebut, cerita oligarki ini berlanjut.
Vladimir Potanin, salah satu arsitek kesepakatan, mengambil saham pengendali di Norilsk Nickel, produsen nikel olahan terbesar di dunia
Selain Potanin, ada pula mantan orang terkaya Rusia  Mikhail Khodorhovsky dan  pemilik Chelsea Roman Abramovich yang memperoleh konsesi di bidang minyak dan gas.
Oligarki Rusia sempat mengalami kemunduran lantaran terpukul  krisis moneter 1998. Tetapi, tiga tahun kemudian mereka bangkit setelah booming komoditas melanda dunia.
Melonjaknya harga komoditas dan meningkatnya integrasi ekonomi Rusia ke Barat pada tahun 2000-an mencetak puluhan taipan baru. Pada tahun 2001, Rusia memiliki delapan miliarder dengan nilai kolektif US$ 12,4 miliar .Â
Sepuluh tahun kemudian seperti dilansir situs Forbes.com, ada 101 miliarder dengan kekayaan senilai US$ 432,7 miliar
Dalam perkembangannya, oligarki-oligarki baru tumbuh pasca Putin memerintah Rusia di awal 2000-an.
Pada masa itu, Putin secara bergantian memperkaya dan menghukum oligarki. Putin memperlakukan para taipan dan pebisnis itu seperti layaknya  pion dalam permainan catur politiknya.
Mikhail Khodhorovsky yang sempat menjadi orang paling kaya Rusia pada awal 2000-an, dijatuhi hukuman 10 tahun penjara dan hampir seluruh kekayaannya di beslah oleh negara lantaran tuduhan kejahatan pajak.