Nah, untuk kebutuhan pembangunan bendungan tersebut dibutuhkan batu andesit yang kebetulan berada di Bukit Wadas yang termasuk wilayah Desa Wadas.
Untuk mendapatkan Batu andesit yang berada di perut bukit Wadas tersebut dibutuhkan penambangan.
Batu andesit sendiri merupakan jenis batu vulkanik yang memiliki kerapatan materi yang sangat bagus untuk kebutuhan kontruksi bangunan seperti waduk yang akan dibangun di Kecamatan Bener.
Persoalannya kemudian, warga  Desa Wadas menolak penambangan andesit walaupun pemerintah akan mengganti untung seluruh tanah terdampak proyek pertambangan andesit tersebut.
Lantaran, Bukit Wadas yang akan menjadi lokasi pertambangan andesit tersebut adalah sumber penghidupan mereka.
Bahkan,seperti dilansir situs Projectmultatuli.org, warga Wadas menyebut kawasan bukit Wadas sebagai "tanah surga di bumi Wadas".
Hal itu dibuktikan dengan hasil survey potensi ekonomi yang dilakukan oleh Gerakan Masyarakat Peduli Alam Desa Wadas (Gempa Dewa) bersama Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Yogyakarta, Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Yogyakarta, dan Perpustakaan Jalanan, semua tanaman yang dibudidayakan di bukit Wadas memiliki nilai ekonomi yang tinggi yang selama ini menopang kehidupan warga Wadas.
Tanaman petai secara akumulatif menghasilkan pendapatan senilai Rp. 241 juta per tahun, kayu sengon Rp. 2 miliar per tahun, buah Kemukus Rp. 1,35 miliar, Vanilla Rp. 261 juta dan Durian senilai Rp. 1,24 miliar.
Diperkirakan, luas area yang terdampak penambangan andesit seluas 114 hektar. Lokasi Bendungan Bener sendiri akan dibangun di Desa Guntur sekitar 10,5 km sebelah barat Desa Wadas.
Pemerintah nantinya akan membangun jalan untuk transportasi truk pengangkut tanah dan batu dari Wadas ke lokasi pembangunan Bendungan Bener.
Bukit Wadas diincar, lantaran batunya memenuhi spesifikasi teknis seperti kekerasan dan sudut gesernya, volumenya cukup dan jarak lokasi penambangan batu dengan lokasi pembangunan bendungan sangat ideal alias tak jauh.