Dengan taktik yang serupa, ia kemudian berhasil memberi  berbagai trofi bagi tim-tim yang diasuhnya mulai Chelsea, Inter Milan, Real Madrid, hingga Manchester United.
Sejatinya setiap juru taktik memiliki keyakinan tersendiri perihal filosofi permainan yang diimaninya. Pun dengan Mourinho yang sangat memuja hasil akhir.
Gaya permainan bertahan dan pragmatis ala Mourinho seperti yang dipertontonkan tim asuhannya selalu menghadirkan perdebatan dikalangan para pemangku kepentingan sepakbola, ada yang pro tetapi tak sedikit pula yang kontra.
Namun, hal tersebut terkadang hanyalah masalah preferensi belaka.
Bagaimanapun juga, kita harus ingat bahwa mencari cara untuk menang atau minimal tak kalah di suatu laga  adalah sebuah hukum yang mutlak dalam sebuah permainan sepakbola.
Faktanya, dengan filosofi permainan pragmatis dan defensif The Special One demikian julukan media bagi Jose Mourinho  selalu mampu menghiasi curriculum vitae-nya dengan raihan gelar juara (berjumlah 19 titel), baik di ajang domestik maupun regional. Tak heran kalau dirinya didapuk sebagai salah satu pelatih terbaik di generasinya.
Artinya strategi defensif yang efektif tetapi cenderung membosankan atau permainan ofensif penuh keindahan yang menghibur dan menyejukan mata hanyalah sebuah tool buat mendekatkan sebuah tim kepada hasil positif.
Dan siapapun bebas memilih cara mana yang akan digunakan untuk meraih target yang telah ditentukan.
Jadi, yang dipraktikan semalam oleh Shin Tae Yong dengan strategi defensif nan pragmatis saat membawa timnas Indonesia mengimbangi tim asuhan Park Hang Soe merupakan sebuah strategi yang memang tepat untuk melawan kesebelasan dengan kualitas seperti Vietnam yang tengah on fire.
Seperti yang diucapkan Jose Mourinho dalam sebuah sesi wawancaranya.
"Banyak yang merasa bahwa pilihan saya untuk membangun benteng pertahanan yang kokoh adalah sebuah kejahatan. Padahal itu hanyalah satu cara dari ribuan cara untuk mendapatkan hasil positif dalam sebuah pertandingan sepakbola."