"Saya pikir kami bermain baik. Jika kami bisa mencetak gol itu bagus, tetapi kami tidak bisa mencetak gol," ujar Hang Seo, seperti dilansir CNNIndonesia.com, Rabu (15/12/21).
Secara statistik, menurut situs resmi Piala AFF pertandingan Indonesia lawan Vietnam pun sangat jomplang, para pemain Indonesia hanya sekali melepaskan tembakan yang masuk dalam kategori block shot melalui upaya Ezra Walian pada babak kedua, dan nir shot on target.
Sementara Vietnam banyak menghasilkan peluang, tapi hebatnya pertahanan Indonesia membuat timnas Vietnam hanya mampu menghasilkan sekali saja shot on target ke gawang Indonesia yang diamankan dengan baik oleh Kiper Nadeo Arga Winata.
Selebihnya, 7 tembakan dari pemain Vietnam. melenceng, dan 13 tembakan berhasil diblok oleh lini pertahanan Indonesia.
Kendati unggul jauh dalam penguasaan bola, Vietnam terlihat kesulitan untuk menghasilkan peluang yang benar-benar matang di dalam kotak pinalti.
Alhasil mereka kerap melepaskan tendangan dari jarak jauh yang tidak efektif.
Taktik defensif yang dipraktikan oleh Shin Tae Yong tersebut bukan barang baru dalam dunia sepakbola.
Menurut sumber referensi yang saya dapatkan, pada era 1960-an  lahir taktik sepak bola pertahanan grendel ala Italia yang disebut Catenaccio.
Adalah Helenio Herrera juru taktik asal Argentina yang saat itu melatih Internazionale Milan dengan taktik catenaccio-nya berhasil membawa klub asal kota Milan itu memenangi 3 kali Liga Seri A, dua trofi European Cup (sekarang Liga Champion) dan dua Piala Interkontinetal.
Helenio Herrera dianggap sebagai bapak dari taktik Catenaccio walau pertama kali taktik bertahan ini diterapkan oleh pelatih asal Austria Karl Rappan  pada tahun 1930-an saat melatih Timnas Swiss.
Catenaccio versi Herrera dengan menggunakan 4 pemain bertahan yang akan menjaga ketat penyerang lawan dengan menerapkan man to man marking.