Mohon tunggu...
Efwe
Efwe Mohon Tunggu... Administrasi - Officer yang Menulis

Penikmat Aksara, Ekonomi, Politik, dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Menakar Kemungkinan Industri Rokok Menjadi " Sunset Industry"

7 Oktober 2021   15:23 Diperbarui: 7 Oktober 2021   16:48 799
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Buruh pabrik rokok/Sumber: Kompas.com

Kondisi ini bisa terjadi lantaran Wismilak menjual rokok di rentang harga yang terjangkau oleh masyarakat sehingga volume penjualan selama pandemi ini mengalami peningkatan.

Hal itu menunjukan bahwa memang ada shifting preferensi rokok orang Indonesia, ke rokok yang harganya lebih terjangkau dan jenis rokok yang lebih murah  itu menurut Data dari Direktorat Jenderal Bea Cukai adalah rokok full flavour.

Dengan semakin mahalnya harga rokok "mild" karena cukainya tinggi, perokok lebih memilih merokok full flavour atau biasa disebut sigaret kretek lantaran tak terkena kenaikan cukai di tahun 2021 lalu.

Informasi diatas mungkin bisa menunjukan bahwa industri rokok di tengah tekanan yang terus makin berat belum layak dikategorikan sebagai "sunset Industry".

Tekanan para penggiat antirokok yang berdampak pada pembatasan reklame dan tempat merokok serta kenaikan cukai yang terjadi setiap tahun menurut Direktur Riset Center for Reform of Economic  Pieter Abdullah Tidak akan menurunkan secara signifikan konsumsi rokok di tanah air.

Pemilik industri rokok  masih akan berjaya hingga waktu yang cukup lama, Pieter pun menunjukan bahwa orang terkaya di Indonesia seperti dilansir Majalah Forbes masih dipegang para pemilik industri rokok, Budi Hartono dan Michael Hartono pemilik Djarum dan pemilik Gudang Garam Susilo Wonowidjoyo.

Dan harus dingat, kedua perusahaan tersebut tengah gencar melakukan diversifikasi usaha, PT Djarum bisnisnya kini merambah ke berbagai bidang mulai dari sektor perbankan, elektronik, minuman kemasan, elektronik, properti, telekomunikasi hingga digital.

Siapa yang tak kenal bank BCA yang merupakan holding keuangan di grup usaha Djarum ini, kemudian ada pula Polytron produsen barang elektronik yang cukup terkenal, Grand Indonesia dan Hotel Kempinski, GDP Venture hingga PT Sarana Menara Nusantara yang memiliki ribuan tower untuk kebutuhan telekomunikasi seluler.

Gudang Garam juga mulai bergerak memperlebar usahanya, seperti dilansir CNBCIndonesia.com di luar bisnis rokoknya saat ini Gudang Garam memiliki 6 perusahaan lain yang bergerak di berbagai bidang, mulai dari infrastruktur PT Surya Kerta Agung yang membangun jalan tol Kediri- Tulungagung.

Kemudian ada PT. Surya Dhoho Investama yang membangun dan mengelola Bandara Kediri, selain itu mereka pun memiliki sebuah maskapai penerbangan charter PT. Surya Air, PT Surya Pamenang di industri kertas dan PT. Graha Surya Media  dibidang media.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun