Mohon tunggu...
Efwe
Efwe Mohon Tunggu... Administrasi - Officer yang Menulis

Penikmat Aksara, Ekonomi, Politik, dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Menakar Kemungkinan Industri Rokok Menjadi " Sunset Industry"

7 Oktober 2021   15:23 Diperbarui: 7 Oktober 2021   16:48 799
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Buruh pabrik rokok/Sumber: Kompas.com

Berbeda dengan perusahaan-perusahaan yang baru tumbuh, pasarnya masih cukup luas sehingga mereka bisa ekspansif yang ujungnya dapat memompa pertumbuhan setinggi mungkin.

Lebih jauh lagi industri rokok itu sebuah industri yang sangat khas, rokok memiliki kekuatan tersendiri meskipun memang dalam beberapa tahun belakangan terus mengalami penurunan penjualan, karena menurut data yang dikeluarkan oleh Biro Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2020 jumlah perokok usia 15 tahun keatas berkurang sebesar 29,03 persen.

Selain karena isu daya beli, alasan kesehatan di tengah pandemi membuat banyak orang memutuskan untuk berhenti merokok.

Kondisi ini tentu saja berdampak kepada para pemain di industri rokok, hampir seluruh perusahaan rokok besar yang telah go publik atau emiten menunjukan kinerja yang kurang memuaskan.

Menurut data yang saya peroleh dari Bursa Efek Indonesia, IDX.co.id, PT HM Sampoerna.Tbk pada paruh pertama 2021 labanya susut hingga 15,4 persen menjadi Rp. 4, 13 triliun dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

PT. Gudang Garam.Tbk labanya tergerus hingga 39,53 persen dibandingkan semester pertama tahun 2020 lalu menjadi hanya Rp.2,31 triliun.

Pun demikian dengan PT. Bentoel International Investama.Tbk  penjualan mereka di paruh pertama tahun 2021 menurun cukup tajam sebesar 36, 3 persen menjadi Rp. 4,8 triliun, rugi bersih perusahaan berkode RMBA ini mencapai Rp 28,9 milyar.

Kondisi yang kurang menguntungkan ini akhirnya membuat manajemen Bentoel memutuskan untuk hengkang dari Bursa alias melakukan delisting.

British American Tobbaco sebagai pemegang saham pengendali memutuskan untuk melakukan tender offer untuk kembali membeli 7,52 persen saham publik dengan harga Rp.1.000 per lembar.

Harga yang ditawarkan ini lebih besar 226,8 persen lebih tinggi dibandingkan harga pentutupan saat saham RMBA di suspensi oleh pihak otoritas bursa setelah mereka mengumumkan keputusan kembali menjadi perusahaan tertutup.

Namun demikian, tak semua emiten rokok yang mengalami pertumbuhan negatif PT Wismilak Inti Makmur Tbk menanggung kenaikan hingga 44,56 persen di semester pertama tahun 2021 ini menjadi Rp 63,04 milyar dibandingkan periode yang sama tahun 2020.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun