Namun, optimisme Anies dan Jakpro ini ditepis oleh banyak pihak, justru mereka skeptis timbal balik uang yang digelontorkan untuk membiayai balapan formula e, dengan yang dihasilkannya tak seimbang alias rugi.
Ekonom dari LIPI Carunia Mulya Firdausy seperti dilansir Kompas.com berpendapat penyelenggaraan formula e tak akan memiki dampak ekonomi yang signifikan, efek berantainya pun bisa jadi sangat minimal.
"Karena dia tidak akan memberikan dampak turisme, tidak akan memberikan dampak konsumsi, tidak akan memberikan dampak investasi, enggak ada yang dibutuhkan DKI," katanya.
Sebagai perbandingan Montreal Kanada salah satu kota penyelenggara Formula e seperti dilansir majalah ekonomi Forbes justru mengalami kerugian saat menyelenggarkan balapan mobil listrik ini.
Secara keseluruhan ajang balap formula e ini mengalami kerugian US$ 140 juta atau Rp. 1,9 triliun selama 4 tahun terakhir.
Belum lagi masalah kredibilitas formula e yang terus mengalami penurunan setelah beberapa tim pabrikan top seperti Audi, BMW, dan Mercedez Benz menarik diri dari ajang ini mulai 2022.
Namun, Anies sepertinya tak akan surut untuk tetap menjadikan Jakarta sebagai tuan rumah formula e, mungkin lantaran sudah tak bisa mundur lagi.
Tak terselenggara konsekuensinya cukup berat, formula e bisa menjadi got yang membuat Anies Baswedan terperosok.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H