Mohon tunggu...
Efwe
Efwe Mohon Tunggu... Administrasi - Officer yang Menulis

Penikmat Aksara, Ekonomi, Politik, dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Hukum Pilihan

Setya Novanto dan Penyuluh Anti Korupsi ala KPK

24 Agustus 2021   10:52 Diperbarui: 24 Agustus 2021   11:07 487
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hari ini ketika saya membuka platform media sosial Twitter, nama Setya Novanto narapidana kasus E-KTP yang penangkapannya penuh drama menjadi salah satu trending topic.

Saya penasaran, kok bisa nama mantan Ketua Umum Golkar dan Ketua Dewan Perwakilan Rakyar Republik Indonesia (DPR-RI) yang lama tak terdengar itu tiba-tiba jadi bahasan paling top.

Selidik punya selidik ternyata naiknya kembali nama Setya Novanto ada kaitannya dengan upaya Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) untuk merekrut para mantan narapidana korupsi menjadi penyuluh anti korupsi yang pamflet lowongan kerjanya sempat viral Senin (23/08/21) kemarin.

Tadinya saya pikir pamflet "penyuluh anti-korupsi KPK" itu hoaks atau paling tidak hanya becandaan saja.

Eh ternyata memang beneran. KPK saat ini tengah mensosialisasikan rencananya untuk menggandeng mantan napi koruptor dalam program penyuluhan anti korupsi.

Deputi Pendidikan dan Pelayanan Masyarakat KPK Wawan Wardiana mengatakan bahwa KPK kini tengah melakukan skrining tujuh mantan koruptor.

"Dari 28 (napi di lapas Sukamiskin) melalui beberapa tes, hanya empat orang yang memungkinkan, karena ada juga yang ingin," kata Wawan, Seperti dilansir Liputan6, Jumat (20/08/21).

Makanya kemudian, dalam bahasa satir warganet +62 mengusulkan kepada KPK salah satu yang layak diangkat menjadi penyuluh adalah Setya Novanto, mengingat licin dan dramatisnya upaya Setnov mengakali para penyidik KPK agar ia bisa terbebas dari hukuman.

Ramainya nama Setya Novanto di laman Twitter ini bermula saat mantan Juru Bicara KPK Febri Diansyah lewat akun Twitter miliknya @febridiansyah mencuit seraya menanyakan siapakah koruptor yang paling pantas menjadi kandidat penyuluh anti korupsi atau bahkan pimpinan KPK?

"Ke depan perlu terobosan lebih berani. Bukan hanya menjadikan eks napi koruptor sebagai penyuluh antikorupsi, tapi menjadikan mereka Pimpinan KPK.

Siapa kandidatmu?" Cuit Febri.

Sontak netizen yang budiman, menanggapi cuitan Febri ini, salah satunya adalah pemilik akun @hegar_wibawa.

"Ketua: akil mochtar. Orangnya visioner, koruptor potong tangan.
Wakil: Gayus, juliari, dan setnov. Best support.
Humas: joko candra. Relasinya bagus, dekat dgn aparat dan petinggi.
Bendahara: edy p. Ringan tangan, aturan yg dibuatnya akan benar2 bermanfaat bagi anggota n crew." 

Dari semua cuitan yang ada nama Setnov terus dibicarakan sebagai "kandidat kuat" penyuluh anti korupsi.

Sebenarnya dengan cuitan -cuitannya tersebut netizen tengah "menertawakan" KPK. 

Hal ini paling tidak menggambarkan betapa carut marutnya elan pemberantasan korupsi di Indonesia.

Bayangkan, terlepas dari kontroversi aliansi politiknya para pegawai KPK yang terbukti memiliki integritas tinggi  dan kinerja yang moncer seperti Novel Baswedan harus tersingkir dari KPK atas nama Test Wawasan Kebangsaan yang kontroversial itu.

Sementara para koruptor yang sudah jelas-jelas merugikan  rakyat direkrut oleh KPK sebagai bagian dari tim pencegahan korupsi, sebuah ironi pahit yang coba dipertontonkan di negeri kita tercinta ini.

Mungkin logika yang digunakan KPK dalam merekrut penyuluh anti korupsi dari para pelaku korupsi ini, pemain tahu persis apa yang terjadi dilapangan sehingga mereka bisa melakukan penyuluhan untuk mencegah korupsi secara efektif lantaran berbekal pengalaman pribadi.

Analoginya mungkin seperti, pelatih sepakbola top dunia banyak sekali yang berasal dari mantan pemain. Penasihat ekonomi  yang memiliki wawasan dan analisa yang tajam salah satunya berasal dari praktisi ekonomi, atau penyuluh pertanian berasal dari para petani yang sukses.

Upaya KPK untuk menjadikan para mantan koruptor menjadi penyuluh anti-korupsi saja sebenarnya tidak cukup, mungkin ada baiknya mereka dijadikan penyidik atau paling tidak menjadi konsultan "korupsi".

Kebayangkan Setnov memberikan arahan pada penyidik KPK bagaimana rangkaian sebuah kasus korupsi bisa terjadi, berdasarkan pengalamannya menggangsir uang negara.

Seperti Frank Abegnale Jr seorang penipu ulung dalam film "Catch Me if You Can"yang diperankan oleh Leonardo de Caprio menerangkan kepada para penyelidik FBI bagaimana mengenali cek palsu, setelah dijadikan salah satu pegawai FBI pada bagian akhir film tersebut.

Dalam film tersebut, diperlihatkan Frank Abegnale Jr selain sukses menjadi penipu ia pun sukses menjadi penyidik FBI dalam urusan banking fraud.

Jadi apa salahnya jika penyuluh anti korupsi berasal dari praktisi korupsi yang telah sukses membobol uang negara, jaminan sukses menjadi penyuluh terbuka kan?

Toh di Indonesia hal itu lazim kok, seorang pelanggar kemudian dijadikan duta atas sesuatu yang dilanggarnya.

Masih ingat pedangdut Zaskia Gotik, yang sempat menjadikan Dasar Negara Indonesia Pancasila sebagai becandaan, ia malah diangkat menjadi Duta  Pancasila.

Jadi kalau koruptor diangkat jadi penyuluh anti korupsi ya wajar saja, bukan begitu pak Firli?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun