Mohon tunggu...
Efwe
Efwe Mohon Tunggu... Administrasi - Officer yang Menulis

Penikmat Aksara, Ekonomi, Politik, dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Situasi Ekonomi Afghanistan di Bawah Kendali Taliban Menuju Kegelapan?

23 Agustus 2021   07:02 Diperbarui: 23 Agustus 2021   09:17 394
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Taliban hampir mustahil menjadi pelayan ekonomi yang baik bagi rakyat Afghanistan. Seorang profesor ekonomi Universitas Saint Mary di San Antonio AS, Belinda Roman berpendapat, tak akan mudah bagi rakyat Afghanistan untuk sekedar mendapatkan uang demi kebutuhan hidup.

Lantaran ke depan, besar kemungkinan situasi perekonomian di Afghanistan dibawah Taliban akan sangat mirip Kuba, dengan kontrol mata yang ketat.

Betul Afghanistan memiliki potensi ekonomi kekayaan alam yang cukup besar. Sejumlah media menyebutkan kekayaan mineral negeri ini berpotensi menghasilkan US$1 triliun atau setara Rp. 14.500 triliun.

Kekayaan tambang itu terdiri dari Cobalt, bijih besi, tembaga, Lithium, dan beberapa logam langka yang kandungannya banyak berada di wilayah Afghanistan.

Namun, jangan lupa agar memperoleh manfaat ekonomi, mineral tersebut harus ditambang dan diolah.

Untuk itu memerlukan investasi yang cukup besar, tanpa stabilitas politik dan keamanan serta kepastian hukum yang didukung dengan infrastruktur yang layak rasanya agak sulit bagi investor asing untuk masuk ke Afghanistan.

Selain itu, jika pun ada investor yang masuk dibutuhkan proses cukup panjang agar mineral-mineral tersebut bisa di monetasi menjadi uang.

Sementara kebutuhan harian harus terus berjalan, tanpa bantuan masyarakat Internasional perekonomian mereka perlahan bakal ambruk.

Mungkin Taliban hanya bisa berharap pada China atau Rusia dalam hal investasi ini. Kita tahu saat ini kedua negara itulah yang paling dekat dengan Taliban.

Walaupun demikian, sebagai investor tetap saja China dan Rusia membutuhkan stabilitas keamanan dan politik dan kepastian hukum untuk melindungi investasinya.

Taliban sebenarnya menyadari hal itu, makanya mereka sibuk membuat janji akan lebih moderat dan inklusive dalam memerintah Afghanistan kali ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun