Perekonomian Afghanistan sebenarnya sempat membaik dan tumbuh sangat cepat, setahun setelah Amerika Serikat dan sekutunya menduduki negeri ini.
Pertumbuhan ekonomi negeri itu selama 9 tahun mulai tahun 2003 hingga 2012 Â rata-rata mencapai 9,4 persen pertahun.
Kondisi ini didorong oleh booming sektor jasa yang naik pesat lantaran dana bantuan dari sejumlah negara barat yang dimotori AS Â mengalir deras ditambah dengan pertumbuhan sektor pertanian yang cukup kuat.
Namun, sustainability pertumbuhan tersebut tak terjaga dengan baik, modal besar pertumbuhan ekonomi yang sangat tinggi tak mampu dijadikan pijakan oleh pemerintah Afghanistan untuk meraih pertumbuhan lebih tinggi.
Mereka asyik memperkaya diri sendiri, korupsi merajalela di negeri ini. Selain itu dana hibah dan dana bantuan mulai menurun drastis seiring menurunnya jumlah pasukan internasional mulai tahun 2104.
Dari sebelumnya 110.000 orang menjadi hanya 15.000 orang saja. Pertumbuhan ekonomi rata-rata Afghanistan antara tahun 2015 hingga 2020 anjlok cukup tajam hanya berada di angka 2,5 persen.
Selain menurunnya dana hibah dan bantuan dari dunia internasional, instabiltas keamanan dan politik  memperburuk situasi ekonomi di Afghanistan.
Taliban di kurun waktu tersebut mulai melakukan serangan dan berhasil menguasai sejumlah wilayah di Afghanistan.
Ditambah dengan situasi politik di internal Pemerintah Afghanistan sendiri yang jauh dari kondusif, sengketa pemilu 2014 memperlambat kemajuan reformasi.
Situasi dan kondisi saat ini di bawah Taliban, seperti nya akan menambah buruk perekonomian Afghanistan.
Melansir NBCNews, sejumlah pandit ekonomi global berpendapat situasi ekonomi di Afghanistan ke depan akan gloomy alias suram, bahkan disebutkan menuju masa kegelapan.