Alhasil keterbelahan terus terjadi, tapi sejumlah pengamat politik menyebut hal ini merupakan konsekuensi dari demokrasi dan kehadiran teknologi internet dalam masalah ini media sosial yang mengambil peran penting dalam mengkondisikan polarisasi ini, sehingga membentuk kantong-kantong algoritma sesuai dengan keberpihakannya.
Mungkin dalam situasi negara yang lagi ribet menghadapi pandemi Covid-19 dan dampak yang diakibatkannya ada baiknya semua pihak menahan diri untuk tak membelah masyarakat.
Kita tak akan bisa kemana-mana kalau keterbelahan itu dipelihara terus. Kontestasi politik seharusnya selesai saat kita sudah mendapatkan siapa yang berhak memimpin bangsa ini secara demokratis.
Bersama-sama kita membangun negeri ini setelahnya, sesuai peran masing-masing. Mungkin saat ini pihak yang satu memimpin pihak yang lainnya, tetapi mungkin disaat lain pihak yang saat ini berseberangan dengan pemerintah akan berbalik memimpin negeri ini.
Itulah esensi dari demokrasi, memastikan pergantian kekuasaan secara konstitusional yang tujuannya membawa bangsa Indonesia menjadi lebih sejahtera gemah ripah loh jinawi.
Namun, tetap harus diingat siapapun yang memimpin negeri ini masih tetap manusia, yang bisa salah dan sangat mampu berbuat benar.
Tak puas ya kritiklah secara proporsional dengan cara-cara yang baik dan elegan, ya hukum lah dengan tidak memilihnya lagi di kontestasi politik berikutnya.
Jika puas dukunglah, beri apresiasi yang layak secara proporsional juga jangan membabi buta.
Bersikaplah lebih proporsional dalam hal keberpihakan secara politis, sehingga keterbelahan dimasyarakat untuk urusan politik tak bersifat abadi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H