Dari awal, bangsa Arab Palestina sebenarnya menolak pengaturan pembagian wilayah yang dilakukan oleh PBB, meskipun diterima dengan senang hati oleh bangsa Yahudi.
Akibatnya konflik mulai meningkat sehingga pemguasa Inggris yang sebenarnya ditugasi oleh PBB untuk menata wilayah ini, meninggalkan kawasan tersebut dalam suasana kacau.
Para pemuka Kaum Yahudi kemudian pada tahun 1948 mendirikan negara yang kita kenal dengan Israel tersebut.
Warga Arab Palestina menolak dan meradang dengan pendirian negara Israel ini hingga  kemudian pecah perang. Mereka dibantu tentara dari negara-negara Arab yang bertetangga untuk  melakukan penyerbuan.
Pasukan Israel dengan persenjataan yang dibantu oleh negara-negara barat diantaranya Inggris dan AS, berhasil membuat pasukan Arab dan Palestina kocar-kacir.
Akibatnya, tak kurang dari 750.000 warga Arab Palestina melarikan diri atau dipaksa meninggalkan rumah saat itu, peristiwa ini kemudian mereka sebut sebagai Al Nakba atau "Malapetaka".
Menjelang akhir pertempuran satu tahun kemudian pada tahun 1949 melalui gencatan senjata, Israel sudah berhasil menguasai sebagian besar wilayah Palestina.
Sementara bangsa Arab Yordania menduduki Tepi Barat atau West Bank dan Mesir menguasai Jalur Gaza. Bangsa Arab Palestina sendiri lantas menjadi bangsa pengungsi menyebar ke hampir seluruh negara Arab lainnya.
Sebagian besar dari mereka berdiam di  Tepi Barat dan Gaza serta Lebanon. Dari sanalah mereka melakukan perlawanan atas pendudukan Israel hingga daerah konflik terjadi di sekitar negara-negara Arab seperti Lebanon.
Kemudian perang besar kembali terjadi antara Arab dan Israel pada tahun 1967 yang dikenal sebagai "perang 6 hari."
Jadi konflik yang terjadi meluas dan bukan melulu antara agama Islam dan agama Yahudi,meskipun faktor teologis juga berkelindan di dalamnya, tapi antara bangsa Arab dan bangsa Yahudi.