Mohon tunggu...
Efwe
Efwe Mohon Tunggu... Administrasi - Officer yang Menulis

Penikmat Aksara, Ekonomi, Politik, dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Menelusuri Jejak Awal Konflik Palestina-Israel dan Memperkirakan Akhirnya

15 Mei 2021   10:27 Diperbarui: 15 Mei 2021   10:30 1715
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Konflik antara Palestina dan Israel hari-hari belakangan terus memanas, di saat umat Muslim di seluruh dunia tengah merayakan Idulfitri 1442 Hijriah kawasan Gaza yang merupakan wilayah Palestina di serang habis-habisan oleh kekuatan bersenjata pasukan Israel.

Konflik terbaru antara dua pihak tersebut terjadi dipicu oleh tindakan semena-mena Pemerintah Israel pada 27 Ramadan ketika tentara zionis Israel secara bengis membubarkan ibadah salat Tarawih di Masjid Al-Aqsa, salah satu tempat suci umat Islam. 

Tindakan tentara Israel ini terkait aksi solidaritas yang dilakukan warga Palestina atas penolakan penggusuran di Sheikh Jarrah Yerusalem Timur, yang diklaim oleh pemukim Yahudi.

Hari-hari setelahnya kekerasan militer Israel semakin menjadi-jadi. Dalam berbagai tayangan video di media sosial terlihat bagaimana barisan muslim yang tengah salat diiringi rentetan suara tembakan dan ledakan.

Dilansir CNNIndonesia.Com hingga Jumat (14/05/21) korban tewas dari pihak Palestina akibat serang pasukan Israel di Gaza sudah mencapai 104 orang termasuk 28 anak-anak. Jumlah itu belum termasuk korban luka-luka yang berjumlah 580 orang.

Di sisi Israel, setidaknya enam warga Israel dan satu warga India tewas. Tentara Israel mengklaim ratusan roket telah ditembakkan dari Gaza ke berbagai lokasi di Israel. Mereka pun telah menambahkan bala bantuan di dekat tanah timur.

Konflik berdarah saat ini merupakan konflik terburuk sejak tahun 2014 lalu. Pertikaian di tanah Palestina anatara komunitas Arab dan Yahudi ini memang telah terjadi sangat panjang dan terus berulang, seolah tak bisa diurai seperti benang kusut.

Gejolak terus terjadi, setiap periode terus memuat kisah peperangan. Bahkan ketika dunia relatif dalam suasana damai seperti saat ini, perang masih saja berkecamuk di Palestina.

Kedua negara berkonflik tak hanya sebatas perebutan tanah semata pada tahun 1948. Lebih jauh konflik antara keduanya dalam sejarah Islam  bisa ditarik hingga ribuan tahun silam.

Salah satu faktor utama yang menjadi sumber konflik yang tak bisa diabaikan adalah faktor teologis.

Bangsa Yahudi mengklaim tanah tersebut merupakan tanah yang dijanjikan atau promised land. Sebagai bangsa pilihan mereka adalah satu-satunya yang sah menduduki Palestina.

Meskipun demikian, di luar faktor teologis menurut sejumlah sumber referensi yang saya gali untuk menulis artikel ini, sumber konflik bisa ditarik hingga 1 abad lalu.

Saat itu pada Perang Dunia I, Inggris berhasil menaklukan Kesultanan Ustmaniyah yang memiliki wilayah kekuasaan di sebagian Timur Tengah termasuk di dalamnya kawasan yang kini dikenal sebagai Palestina.

Saat itu wilayah tersebut diduduki oleh mayoritas bangsa Arab dan minoritas Yahudi. 

Nah, kemudian seiring berdirinya Uni Federasi Bangsa Yahudi yang dinisiasi oleh Presiden Amerika Serikat saat itu, Wodrow Wilson. Inggris ditugaskan untuk mendirikan "rumah nasional" bagi bangsa Yahudi yang saat itu menyebar di Eropa dan Amerika Serikat.

Bangsa Yahudi kemudian memilih wilayah Palestina yang saat itu baru dikuasai oleh Inggris lantaran mereka beranggapan bahwa tanah tersebut adalah tanah leluhur mereka.

Di lain pihak bangsa Arab yang saat itu menjadi mayoritas warga di Palestina, pun memiliki keyakinan yang sama tanah Palestina adalah wilayah milik leluhur mereka juga.

Karena itulah, ketegangan antara kedua bangsa itu mulai terjadi, tetapi lantaran Inggris memiliki kekuasaan di wilayah tersebut mereka leluasa memfasilitasi warga Yahudi untuk datang ke wilayah tersebut, alhasil jumlah warga Yahudi kian bertambah di wilayah Palestina.

Penambahan warga Yahudi secara masif dan bergelombang terjadi pada masa 1920 hingga 1940, meningkat drastis saat Eropa mulai dikuasai oleh Hitler, persekusi terhadap mereka terus meningkat di Eropa, puncaknya saat Holocaust terjadi di hampir seluruh negara di Benua Biru itu.

Namun akibatnya  dalam saat bersamaan kondisi dikawasan Palestina mulai memburuk, kekerasan antara Arab dan Yahudi bereskalasi. Aksi menentang pendudukan Inggris mengeras akibatnya bentrok-bentrok sporadis terus terjadi.

Akhirnya karena konflik mulai tak terkendali, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada tahun 1947 turun tangan dan memutuskan wilayah Palestina di bagi menjadi 2 wilayah, bagi bangsa Yahudi dan bagi bangsa Arab Palestina.

Sementara wilayah Jerusalem, ditetapkan tak dimiliki keduanya alias menjadi wilayah internasional. Tetapi kita tahu belakangan bangsa Yahudi malah mengkalim wilayah itu menjadi wilayah mereka, dan seperti kita tahu PBB tak bisa berbuat apa-apa dengan tindakan mereka yang didukung AS ini.

Dari awal, bangsa Arab Palestina sebenarnya menolak pengaturan pembagian wilayah yang dilakukan oleh PBB, meskipun diterima dengan senang hati oleh bangsa Yahudi.

Akibatnya konflik mulai meningkat sehingga pemguasa Inggris yang sebenarnya ditugasi oleh PBB untuk menata wilayah ini, meninggalkan kawasan tersebut dalam suasana kacau.

Para pemuka Kaum Yahudi kemudian pada tahun 1948 mendirikan negara yang kita kenal dengan Israel tersebut.

Warga Arab Palestina menolak dan meradang dengan pendirian negara Israel ini hingga  kemudian pecah perang. Mereka dibantu tentara dari negara-negara Arab yang bertetangga untuk  melakukan penyerbuan.

Pasukan Israel dengan persenjataan yang dibantu oleh negara-negara barat diantaranya Inggris dan AS, berhasil membuat pasukan Arab dan Palestina kocar-kacir.

Akibatnya, tak kurang dari 750.000 warga Arab Palestina melarikan diri atau dipaksa meninggalkan rumah saat itu, peristiwa ini kemudian mereka sebut sebagai Al Nakba atau "Malapetaka".

Menjelang akhir pertempuran satu tahun kemudian pada tahun 1949 melalui gencatan senjata, Israel sudah berhasil menguasai sebagian besar wilayah Palestina.

Sementara bangsa Arab Yordania menduduki Tepi Barat atau West Bank dan Mesir menguasai Jalur Gaza. Bangsa Arab Palestina sendiri lantas menjadi bangsa pengungsi menyebar ke hampir seluruh negara Arab lainnya.

Sebagian besar dari mereka berdiam di  Tepi Barat dan Gaza serta Lebanon. Dari sanalah mereka melakukan perlawanan atas pendudukan Israel hingga daerah konflik terjadi di sekitar negara-negara Arab seperti Lebanon.

Kemudian perang besar kembali terjadi antara Arab dan Israel pada tahun 1967 yang dikenal sebagai "perang 6 hari."

Jadi konflik yang terjadi meluas dan bukan melulu antara agama Islam dan agama Yahudi,meskipun faktor teologis juga berkelindan di dalamnya, tapi antara bangsa Arab dan bangsa Yahudi.

Sebagai tambahan informasi, diantara bangsa Arab juga banyak diantaranya beragama Nasrani, meskipun mayoritasnya memang beragama Islam.

Jadi sebenarnya setelah saya membaca sekian banyak referensi yang dijadikan rujukan konflik antara Israel dan Palestina ini lebih pada perkara kemanusian bukan perkara agama.

Israel  sebagai personifikasi bangsa Yahudi menjajah Palestina yang merupakan personifikasi bangsa Arab. Mereka memperlakukan bangsa Arab secara diskriminatif, bangsa Arab  diperlakukan seperti warga kelas dua oleh mereka.

Makanya tak heran konflik ini akan terus terjadi sepanjang Israel memperlakukan bangsa Arab Palestina semena-mena. 

Malangnya situasi ini diimbuhi oleh ambiguitas sikap AS yang kerap secara irasional membela Israel, padahal jika yang melakukan tindakan kekerasan militer bukan Israel, AS selalu mempermasalahkannya.

Lantas sampai kapan konflik yang diterjadi di Palestina antara Israel dan Bangsa Arab Palestina ini akan berakhir?

Entah, yang jelas konflik ini tak akan terselesaikan dalam waktu dekat. Perjanjian damai apa pun di masa depan akan memerlukan kesepakatan kedua pihak untuk menuntaskan masalah-masalah yang rumit.

Sampai ada penyelesaian,maka konflik Palestina-Israel akan terus berlanjut.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun