Aksi "lone wolf" yang dilakukan oleh seorang perempuan muda bernama Zakiah Aini yang menyusup dan melakukan teror di Markas Besar Kepolisian Republik Indonesia.
Dan Bom bunuh diri di depan Gereja Katedral Makasar yang melibatkan YSF perempuan yang juga merupakan istri dari pelaku utama aksi teror tersebut.
Menurut para ahli terorisme hal ini menunjukan adanya perubahan peta aksi teror.Â
Gerakan mereka kini mulai bergeser menjadikan perempuan sebagai pelaku aktif atau eksekutor, tindakan yang biasa disebut amaliyah ini.
Perubahan peta aksi teror ini bisa terjadi, mungkin mengingat perempuan  bisa bergerak lebih mudah tanpa kecurigaan yang berlebihan dari pihak aparat keamanan yang berjaga di sekitar lokasi tempat aksi teror itu dilakukan.
Dan benar, kita semua acapkali terjebak pada stereotip bahwa perempuan itu secara naluriah cinta damai dan diposisikan sebagai korban yang mudah diperdaya.
Padahal secara psikologis perempuan itu sebenarnya"lebih kuat imannya" dibandingkan laki-laki. Karena menurut seorang  peneliti Center for the Middle East and Global Peace Studies UIN Jakarta, Lies Marcoes, seperti dilansir BBC.
Hal ini bisa terjadi lantaran terkadang lelaki lebih banyak memikirkan hal-hal duniawi. Urusan dunia yang dimaksudkan adalah perasaan berat meninggalkan istri dan anak-anaknya.
Sebelum terjadi perubahan peta teror, biasanya perempuan hanya menjadi faktor pendorong yang cenderung pasif.
Mereka hanya dimanfaatkan oleh jaringannya karena loyal, setia, dan patuh terhadap suami dan ajaran agama.
Di Indonesia perubahan pola teror yang melibatkan peran perempuan sebagai eksekutor mulai terlihat saat bom panci yang tadinya akan diledakan oleh Dian Yulia Novi di Istana Negara.