Terlepas dari segala kontroversi  dan kekurangannya Soeharto adalah orang yang sangat mencintai tanah airnya, Indonesia.
Andai saat Mei tahun 1998 itu Soeharto mau benar-benar  menggunakan kekuasaannya untuk mempertahankan jabatanya sebagai Presiden Indonesia, bisa saja.
Toh militer dan sebagian besar jajaran pejabat pemerintahan saat itu masih mendukung Soeharto. Ia bisa dengan leluasa memerintahkan militer dan polisi untuk menangani aksi unjuk rasa mahasiswa secara lebih keras.
Soeharto bisa juga mengumumkan negara dalam keadaan darurat karena sejumlah kerusuhan yang terjadi saat itu, yang kemudian akan memiliki konsekuensi pemerintah bisa bertindak apapun untuk meredam situasi politik dan keamanan yang saat itu sudah mencapai titik didihnya.
Namun, sudah hampir dapat dipastikan tindakan tersebut akan ditentang secara frontal oleh mahasiswa dan berbagai elemen masyarakat lain.
Jika itu terjadi pertumpahan darah dalam jumlah besar akan menjadi konsekuensinya, atau lebih parah lagi chaos yang bersifat lebih masif bisa membuat Indonesia benar-benar terkoyak.
Karena kecintaannya terhadap negara dan rakyatnya Soeharto yang dipandang orang sebagai seorang otoriter, lebih memilih mengundurkan diri secara elegan  dalam menerima kekalahan politiknya setelah tak dipercaya oleh sebagaian besar rakyatnya, sehingga pertumpahan darah besar menjadi terhindarkan.
Mungkin jika Soeharto orang yang bersifat dan bersikap seperti Donald Trump yang narsis, egois dan rasis, kita tak akan mengenal reformasi 1998.
Jadi jika kita melihat secara kasat mata dari berbagai tindakannya perbedaan mendasar antara ketiga pemimpin itu adalah masalah kepribadiannya.
Terlepas dari segala kekurangan dan kelebihannya, Soeharto dan Prabowo mampu menekan sifat narsistis pribadinya di bawah kecintaannya terhadap Tanah Air dan rakyat Indonesia.
Berbeda dengan Trump yang gagal menekan sifat narsistis dan egoismenya yang menjadi haluannya bertindak memimpin AS, sehingga membuat demokrasi mereka yang beratus tahun berlangsumg tertib penuh formalitas kesantunan, ditangan Trump menjadi terlihat compang-camping.