Akibatnya kantor Charlie Hebdo dilempari bom molotov oleh sejumlah pihak. Setahun kemudian mereka lebih banyak lagi memproduksi karikatur Nabi Muhammad Saw dengan berbagai caption bahkan ada yang berbau porno.
Hal ini lah yang kemudian membuat umat Islam marah besar. Sikap pemerintah Prancis sendiri tak terlalu tegas bahkan membiarkan hal itu terjadi atas nama kebebebasan berekspresi.
Pada tahun 2015 kembali provokasi dilancarkan oleh Charlie Hebdo, yang kemudian direspon oleh Al Qaeda dengan menyerang dan menembaki Kantor Charlie Hebdo yang menyebabkan 12 orang yang berada di kantor itu tewas.
Nah, terakhir September 2020 lalu dalam rangka menyambut persidangan kasus penembakan kantornya, kembali Charlie Hebdo merilis karikatur Nabi Muhammad Saw.
Yang kemudian Karikatur tersebut ditunjukan Samuel Paty dan menimbulkan pembunuhan berikutnya di Nice Prancis 3 hari lalu yang menyebabkan 3 nyawa lain melayang.
Pembunuhan yang dilakukan oleh seorang Imigran Tunisia ini, dengan alasan apapun tak dapat dibenarkan.
Apalagi berlindung pada agama, tak ada satupun agama yang ada di dunia ini yang menganjurkan pembunuhan sadis seperti ini.
Apalagi agama Islam yang Rahmatnya saja akan berefek pada seluruh alam semesta. Saya jadi berpikir dengan rentetan  kejadian ini, kok keyakinan atas sebuah prinsip beragama atau bernegara ini tak menghasilkan sebuah kemasalahatan bagi umat manusia.
Masa sih Tuhan memang sejahat itu, menciptakan agama untuk menghalalkan penghilangan nyawa manusia karena Nabi-nya diganggu dan dihina.
Saya sih sangat yakin bahwa ini bukan masalah keyakinan, tapi masalah ego saja. Prancis berusaha mempertahankan ego kebebasan berpendapatnya, sementara pihak Islam radikal juga ingin memperlihatkan egonya juga hingga mampu membantai manusia seperti itu.
Kebebasan berpendapat itu selalu ada batasnya, bukan sebebas bebasnya seperti yang diklaim oleh Emmanuelle Macron.