Walaupun saya bisa memahami kegeraman rakyat Indonesia terhadap pemerintah Vanuatu yang bisa disebutkan melakukan intervensi politik  terhadap urusan kedaulatan dalam negeri Indonesia.
Tapi sekali lagi, tak perlu menyerang ras masyarakat Vanuatu. Lebih baik dorong Pemerintah Indonesia agar lebih memperhatikan kondisi masyarakat Papua, walaupun saat ini perlakukan Pemerintah Jokowi terhadap masyarakat Papua sudah jauh lebih baik dari sebelumnya.
Selain itu, Pemerintah Indonesia akan lebih baik jika melakukan pendekatan diplomasi yang lebih komprehensif kepada negara-negara yang kerap melakukan provokasi terkait masalah Papua, melalui jalur bilateral misalnya.
Pendekatan Soft diplomasi bisa jadi lebih efektif dibanding diplomasi marah-marah seperti yang kemarin terjadi di SU PBB.Â
Soft diplomasi bisa melalui pertukaran budaya, pendidikan, atau bisa juga lewat Indonesian Aid misalnya. Bantuan tertentu terhadap kebutuhan mereka toh kita bisa tahu Vanuatu dan negara-negara Pasifik lainnya kondisi ekonominya tak terlalu baik.
Ingat suara negara-negara Pasifik seperti Vanuatu di PBB itu relatif lebih mudah di putar arahkan tergantung pendekatan yang dilakukan.
Konon katanya Indomie merupakan salah satu makanan populer di negara Vanuatu, ini sebenarnya bisa menjadi pintu masuk untuk melalukan diplomasi ekonomi/bisnis misalnya.
Atau bisa saja Indonesia membangun sekolah sebagai bentuk sumbangan kepada masyarakat Vanuatu, tak akan banyak memakan biaya namun dampaknya akan sangat besar bagi diplomasi Indonesia.
Atau jika untuk urusan soft diplomasi ke negara-negara Pasifik itu terhalang oleh penetrasi diplomasi Australia yang memang dekat dengan mereka. Jokowi kan cukup dekat ama Pemerintah Australia, bicarkanlah baik-baik.
Apalagi situasi geopolitik termutakhir tampaknya ada perebutan pengaruh antara Australia dan China di kawasan Pasifik.
Ini bisa jadi peluang bagi Indonesia untuk berperan sebagai penengahnya toh Jokowi dekat dengan kedua negara tersebut.