Mohon tunggu...
Efwe
Efwe Mohon Tunggu... Administrasi - Officer yang Menulis

Penikmat Aksara, Ekonomi, Politik, dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Ujaran Puan Maharani Mengingatkan pada Golkar Zaman Soeharto

7 September 2020   09:28 Diperbarui: 7 September 2020   09:32 8026
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Semoga Sumatera Barat menjadi Provinsi yang mendukung Pancasila "ujarnya saat pengumuman bakal calon pemimpin daerah dari PDIP dalam Pilkada serentak 2020.

Lah kok bisa mba Puan Maharani yang cikal bakal partai nya saat jaman Orba disebut tak Pancasilais oleh penguasa Orba, mengklaim hal tersebut pada sebuah daerah yang tak pernah memenangkan partainya PDIP dalam rentetan pesta demokratis di Indonesia mulai dari Pilkada, Pemilu hingga Pilpres.

Seharusnya mereka tahu bagaimana rasanya diberi cap tak Pancasilais, karena mereka pernah mengalaminya sendiri selama 32 tahun.

Jangan-jangan Pancasila selain jadi dasar negara Republik Indonesia, juga dijadikan alat untuk menekan pihak-pihak yang berseberangan dengan penguasa.

Dan siapapun yang berkuasa dialah yang berhak merasa paling Pancasila. Walaupun kemudian dibantah oleh kader -kader PDIP dan para pendukungnya seperti yang diucapkan Hasto Kristyanto Sekjen PDIP yang menyatakan bahwa ujaran Puan itu adalah penyemangat bagi para kadernya di Sumbar untuk memenangkan PDIP.

Meskipun kemudian berubah lagi, ini merupakan dialektika ideologis dan itu didasari dengan maksud baik agar Pancasila benar-benar diamalkan.

Lain lagi kilah Arteria Dahlan Anggota DPR-RI dari Fraksi PDIP yang menyebutkan tak mungkinlah Puan bermaksud buruk dengan ucapannya tersebut toh ia pun memiliki darah Minang  yang kental.

Terakhir, Ade Armando yang menyebutkan seharusnya Masyarakat Sumbar Introspeksi diri dengan ucapan mba Puan tersebut alih-alih berpolemik lebih lanjut.

Ia menyebutkan bahwa Provinsi Sumbar khususnya kota Padang termasuk 5 besar daerah yang intoleran, toleransi beragamanya sangat rendah.

Ia mencontohkan masalah aplikasi Injil berbahasa Minang yang dilarang oleh Gubernur Sumbar.

"Itu maksudnya apa? Kalau orang Sumbar memang Pancasilais, mereka pasti akan gembira menyaksikan umat Kristen di sana memiliki Injil berbahasa Minang," ujar dia. Minggu (06/09/20) seperti dilansir IDNTimes.com

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun