Ia bekerja di salah satu perusahaan rekaman dunia yang saat itu sangat besar Polygram. Dan bertemu dengan wanita yang kemudian jadi istrinya dan pada tahun 1977 ia bersama istrinya memutuskan untuk pindah ke London Inggris.
Namun ditengah perjalanan hidupnya tersebut hasratnya untuk menjadi penulis tak pernah padam. Â Ia mencoba menjadi penulis namun tak berhasil.
Ia akhirnya kembali ke Brazil, dan bercerai dengan istrinya. Kemudian ia menikah kembali dengan teman lamanya Christina Ottocia yang mendorong dia untuk terus menjadi seorang penulis.
Akhirnya pada tahun 1982 lewat kerja keras ia berhasil menerbitkan buku pertamanya yang diberi judul Arquivos Do Inferno (Hell Archives) dan dilanjutkan dengan buku kedua  O Manual Practies do Vampirismo (Manual Practical of Vampirism) namun keduanya gagal dipasaran karena kualitasnya memang sangat buruk.
Buku ketiga nya yang berjudul  The Pilgrimage ini lah menjadi titik balik bagi Paulo Coelho meraih sukses. Buku ini terimspirasi dari perjalanannya melakukan ziarah spritual ke Santiago de Compostella Spanyol.
Dalam perjalanan tersebut rupanya tak hanya fisiknya saja yang berziarah namun secara batin pun Coelho ikut berziarah.
Ia merasa perjalanan hidup yang dilaluinya , merupakan manifestasi dari misteri sebuah kehidupan yang universal dan merupakan keajaiban yang berkelanjutan.
Dititik inilah kemudian Coelho bertekad untuk lebih memikirkan kehidupan manusia dan alam semesta secara lebih mendalam.
Yang kemudian diejawantahkan dengan karya-karyanya yang begitu dalam filosofinya. Puncak dari karyanya yang merupakan perwujudan dari pencarian panjangnya tentang kehidupan adalah  The Alchemist.
Novel ini menyihir seluruh pembacanya, termasuk saya, buku inilah yang membawa saya menyukai berbagai karya Paulo Coelho yang lain.
Selain berbicara tentang mimpi seperti yang saya uraikan diawal tulisan ini, Sang Alkemis ini juga mengurai tentang takdir yang terikat sangat erat dengan mimpi-mimpi yang ada dalam pikiran kita.