Mohon tunggu...
Efwe
Efwe Mohon Tunggu... Administrasi - Officer yang Menulis

Penikmat Aksara, Ekonomi, Politik, dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Dinasti Politik, Memanfaatkan Momentum atau Aji Mumpung?

21 Juli 2020   12:43 Diperbarui: 21 Juli 2020   13:06 252
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tren politik kekerabatan itu sebagai gejala neopatrimonialistik.  Benihnya sudah lama berakar secara tradisional. Yakni berupa sistem patrimonial, yang mengutamakan regenerasi politik berdasarkan ikatan genealogis, ketimbang merit system, dalam menimbang prestasi. 

Menurutnya, kini disebut neopatrimonial, karena ada unsur patrimonial lama, tapi dengan strategi baru. "Dulu pewarisan ditunjuk langsung, sekarang lewat jalur politik prosedural."

Anak atau keluarga para elite masuk institusi yang disiapkan, yaitu partai politik. Oleh karena itu, patrimonialistik ini terselubung oleh jalur prosedural.

Dalam konteks politik kontemporer, menurut Profesor Ilmu Sosial dan Politik University of Florida Amerika Serikat, Norman. M Wilensky dan Alferd. B Clubok ada beberapa bentuk dinasti politik.

Pertama, bentuk dengan cara mendorong keluarga lama untuk terus memegang kekuasaan dengan cara demokratis.

Kedua, bentuk yang disesuaikan dengan etika demokrasi modern dengan cara mempersiapkan keluarga dalam sistem dan rekrutmen politik secara dini. Kemunculan anggota keluarga dalam kancah politik seolah bukan karena faktor kekeluargaan melainkan karena proses demokrasi politik yang wajar saja.

Ketiga, bentuk yang banyak terjadi dalam kondisi kekuasaan politik otoriterianisme. Seperti terlihat menggunakan sistem demokrasi modern namun menggunakan tekanan terhadap masyarakat agar memilih petahana.

Bentuk dinasti politik pertama dan kedua lah yang banyak terjadi di Indonesia. Semuanya terlihat demokratis namun sesungguhnya faktor kekeluargaan lah yang mendominasi.

Namun bukan berarti dinasti politik itu serta merta menjadi sesuatu yang tidak baik. Namun akan membuat demikrasi yang diicita-citakan untuk menunjukan kesetaraan menjadi kehilangan maknanya.

Karena pemiliki dinasti politik sudah memiliki keumggulan yang tak dipunyai oleh kontestan lain, seperti sumber daya, jaringan elit politik , dan memiliki kekuasaan untuk menggiring pemilih.

Apakah para pelaku politik dinasti ini benar-benar hanya memanfaatkan momentum untuk terpilih karena dukungan keluarganya yang saat itu berkuasa, atau aji mumpung saja siapa tahu dengan pengaruh dan nama keluargnya ia bakal melenggang mudah merengkuh kekuasaan?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun