Kemudian ada Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) yang organisasinya secara resmi dinyatakan sebagai organisasi terlarang oleh pemerintah Jokowi beberapa tahun lalu.
Dan oknum-oknum dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS), walaupun secara resmi PKS tak terlalu jelas dukungannya terhadap PA 212, namun sebagian besar masyarakat tahu bagaimana keterlibatan PKS dalam PA 212 ini.
Jika kita amati secara seksama, cara mereka bergerak dan isu  Cina dan PKI yang mereka jual itu nyaris sebangun dengan orde baru.
Orde yang harus kehilangan kekuasaannya yang cukup panjang akibat reformasi yang terjadi tahun 1998. Dan kita tahu lah mantan penguasa orde baru memiliki keterikatan juga dengan kelompok PA 212 ini.
Jadi sekali lagi gerakan mereka apapun tamengnya, itu merupakan upaya mereka untuk berkuasa di Indonesia.Â
Dalam aksi kemarin itu, selain membakar bendera PDIP mereka juga mengajukan 4 tuntutan yang dibacakan oleh Ketua Pelaksana Pergerakan Aksi PA 212, Edy Mulyadi.
Salah satunya adalah meminta Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) segera memberhentikan Jokowi.
"Kita minta mendesak agar MPR menggelar sidang istimewa untuk memberhentikan Presiden Jokowi," kata Edy dalam orasinya di depan gedung DPR, Jalan Gatot Subroto, Jakarat Pusat, Rabu (24/6/2020). Seperti dilansir Detik.com.
Ia beralasan tuntutan itu lahir karena Jokowi memberi peluang bagi bangkitnya PKI dan Neo-Komunisme. Jualan seperti ini rasanya buat saya sangat aneh.Â
Perang ideologi itu memang pernah terjadi secara global, tapi itu tahun 60an hingga 80an akhir. Komunisme sebagai sebuah ideologi memang tidak akan mati seperti halnya ideologi-ideologi yang lain.
Tapi jaman sudah berbeda, arah kehidupan manusia juga berubah. Manusia itu mahkluk yang memiliki nalar, komunis itu sudah tidak laku dan bisa disebutkan sudah mati.