Mohon tunggu...
Efwe
Efwe Mohon Tunggu... Administrasi - Officer yang Menulis

Penikmat Aksara, Ekonomi, Politik, dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kemiskinan Bagai Jembatan Putus bagi Kesuksesan

6 Juni 2020   12:56 Diperbarui: 6 Juni 2020   12:54 197
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Poin pertama, mereka menemukan meskipun anak keluarga miskin memiliki pendidikan dan kemampuan matematika yang setara dengan keluarga non-miskin. Pendapatan anak keluarga miskin saat dewasa tetap lebih rendah dibandingkan dengan keluarga non-miskin.

Jadi pendidikan sepertinya tak bisa menghilangkan kerugian terlahir dari keluarga yang miskin.

@dsuryadarma/twitter.com
@dsuryadarma/twitter.com
Poin kedua, masalah pola pikir atau mindset, meskipun mereka tak  bisa mengukur secara jelas dalam penelitian ini, namun ketika mental stress nya diukur dan dimasukan sebagai pertimbangan, terlihat jelas bahwa tetap saja anak yang lahir dan tinggal dengan keluarga miskin, pendapatannya saat dewasa lebih kecil dibandingkan dengan keluarga non-miskin.

@dsuryadarma/twitter.com
@dsuryadarma/twitter.com
Korelasi yang sama pun terjadi pada poin-poin berikutnya seperti masalah jaringan atau network, kesehatan dan beberapa poin lainnya.

Jelas sekali terlihat bahwa hidup dan terlahir dari keluarga non-miskin  memiliki privilege tersendiri bagi kesuksesan di masa dewasa kelak.

Seolah jika hidup dan terlahir sebagai orang non-miskin setengah kesuksesan telah diraihnya, sedangkan orang miskin yang hidup dalam kubangan kemiskinan seolah kehilangan jembatan untuk menuju sebuah kesuksesan.

Memang ada kasus-kasus yang membuktikan sebaliknya tapi itu hanya kasus-kasus tertentu saja yang jumlahnya hanya segelintir, secara keseluruhan jumlah yang jauh lebih banyak bukan seperti kasus-kasus anomali itu.

Kemiskinan itu seperti glass Ceiling yang membatasi kemumgkinan orang untuk keluar dari lingkaran yang menjerat erat kehidupan mereka.

Butuh effort lebih banyak bagi anak keluarga miskin untuk mencapai sesuatu seperti yang dicapai oleh anak keluarga non-miskin.

Ibarat lari maraton anak keluarga miskin mulai berlari dari 0 kilometer, sementara anak keluarga non-miskin mulai berlari dari kilometer 20. Sulit sekali mengejar mereka, dan kemudian menyamai saat finis.

Untuk itulah Pemerintah harus memberi jembatan agar mereka yang kurang beruntung mampu mengejar kesuksesan yang mungkin dicapai oleh mereka yang lebih beruntung.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun