Karena keinginan dan kebutuhan orang kaya tersebut bukan itu. Mungkin saja ia akan bahagia jika koleksi mobil mewahnya bertambah.
Opsi orang kaya untuk mencapai kebahagiaan itu lebih luas dibandingkan dengan orang miskin. Itu fakta tak terbantahkan.
Kemiskinan itu seperti lingkaran setan, orang tuanya miskin akan melahirkan anak yang miskin pula. Konon katanya, pendidikan akan mampu memutus mata rantai kemiskinan, itu betul.Â
Karena dengan pendidikan orang akan mampu meraih kesuksesan baik secara langsung maupun tidak langsung, sehingga pada akhirnya mampu memutus mata rantai kemiskinan tersebut
Tapi untuk meraih kesuksesan lewat pendidikan itu tak semudah yang dibayangkan banyak variabel yang memengaruhinya.
Mulai dari asupan gizi saat sang jabang bayi ketika masih dalam kandungan dan saat ia masih anak-anak, sampai dengan kualitas pendidikan ketika mereka mulai mengenyam bangku pembelajaran di sekolah.
Memang ada cerita yang terjadi ketika anak seorang tukang becak yang miskin berhasil lulus pendidikan Doktoral di Universitas yang bergengsi di luar negeri, tapi jika dibandingkan dengan anak-anak yang memiliki orang tua kaya dan lulus dari Universitas yang memiliki kualifikasi serupa, itu perbandingannya bak bumi dan langit.
Anak tukang becak tadi itu seperti sebuah anomali dari rangkaian kehidupan. Itu seperti kado spesial dari Tuhan agar orang-orang yang kehidupannya kurang beruntung masih memiliki asa.
Artinya anak yang terlahir dari orang tua yang kaya memiliki privilege untuk menjadi sukses saat mereka dewasa. Dan anak yang terlahir dari orang tua yang miskin akan sulit menjadi sukses saat ia dewasa kelak.
Kondisi ini sudah dibuktikan melalui penelitian yang dilakukan oleh SMERU Institute, sebuah lembaga Think Tank yang fokus bahasannya tentang masalah kemiskinan di Indonesia.
Menurut penelitian SMERU, terdapat 7 mediator  yang bisa menjelaskan hubungan antara  kemiskinan pada saat anak-anak dengan pendapatan pada saat dewasa, besaran pendapatan seringkali disebut sebagai indikator sebuah kesuksesan seseorang.