Mohon tunggu...
Efwe
Efwe Mohon Tunggu... Officer yang Menulis

Penikmat Aksara, Ekonomi, Politik, dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Fenomena Najwa Shihab, di Antara Pendukung dan Oposan Jokowi Serta Anggota DPR

4 Mei 2020   08:44 Diperbarui: 4 Mei 2020   21:33 3630
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Najwa Shihab menurut saya adalah sebuah fenomena menarik dalam dunia jurnalistik Indonesia. Gaya wawancaranya yang ciamik dengan pertanyaan yang cerdas dan terkadang sangat tajam, hingga membuat lawan bicaranya harus tertegun sebelum menjawab pertanyaannya.

Saya tak bilang khas, karena  saat ini nyaris seluruh news anchor di dunia pertelevisian Indonesia  gaya wawancaranya nyaris serupa, yang berbeda hanya bobot pertanyaan dan kepercayaan dirinya.

Gaya wawancara Najwa dan nyaris seluruh news anchor di Indonesia saat ini, sejauh pengamatan saya, diInspirasi oleh gaya wawancara Seorang News Anchor yang dulu berkibar di salah satu stasiun televisi swasta SCTV, Ira Koesno.

Bagi sebagian generasi late milenials apalagi baby boomers, serta jauh sebelum TV -TV berita bermunculan di Indonesia, tentunya sangat akrab dengan sosok Ira Koesno, dengan penampilan yang cantik,cerdas, dan gaya wawancaranya berbeda saat itu.

Ia berani memotong lawan bicaranya, untuk kemudian mengejar dengan pertanyaan susulan yang lebih tajam, meskipun lawan bicaranya itu seorang pejabat penting.

Saat itu di masa-masa akhir kepemimpinan Soeharto menjelang lahirnya reformasi, sekitar tahun 1997-1998, kita menyaksikan sebuah format baru wawancara yang biasa teratur dan terkesan setingan menjadi sebuah diskusi menarik yang bisa menguak sebuah peristiwa menjadi lebih terang.

Mungkin saat itu Najwa Shihab masih sangat yunior di dunia jurnalistik, atau bahkan belum berkiprah di dunia pemberitaan. 

Karena, berdasarkan kutipan dari Wikipedia, Najwa mengawali kariernya di Stasiun swasta pertama di Indonesia RCTI  setelah menamatkan kuliahnya di Universitas Indonesia pada tahun 1996.

Hanya beberapa tahun berkarir di RCTI, untuk kemudian hijrah ke stasiun TV Berita pertama di Indonesia Metro TV, karena merasa ia merasa disitulah tempatnya mengembangkan minat  besarnya terhadap dunia jurnalistik.

Stasiun TV milik Surya Paloh inilah yang menempa dan membawanya menjadi seorang jurnalis yang disegani dan sangat di percayai berbagai narasumbernya.

Di Metro TV, ia mulai berkiprah mulai dari reporter lapangan, news anchor untuk program berita Prime Time News, hingga akhirnya dipercaya untuk memandu acara yang benar-benar membuat namanya meroket, Mata Najwa.

Setelah hampir 16 tahun berkarir di Metro TV, pada tahun 2017, dirinya kemudian memutuskan untuk mencari tantangan baru dan keluar dari TV yang telah membesarkan namanya.

Pada tahun 2018 ia membawa acara yang telah membesarkannya "Mata Najwa" ke stasiun TV milik Chairul Tanjung Trans7 dan  kemudian pada tahun yang sama ia mendirikan Narasi  TV.

Nama Putri Ke-2 dari salah seorang ulama besar Indonesia, Quraish Shihab ini kian moncer dengan Mata Najwa-nya dan Narasi TV-nya.

Tentu saja, ini hasil dari sebuah proses yang cukup panjang, Najwa Shihab telah berhasil membangun brand image-nya dengan sangat baik melalui integritasnya, kecerdasannya, dan kepercayaan dirinya yang sangat tinggi.

Narasumber yang ia wawancarai walau pun dicecar dengan pertanyaan yang tajam dan terkadang menohok, tetap sangat mempercayainya untuk selalu berusaha datang  dalam program acara yang ia pandu.

Mereka menganggap bisa hadir dalam acara Mata Najwa atau di wawancarai secara langsung oleh Najwa Shihab adalah sebuah kehormatan.

Selain karena integritasnya yang sudah seperti jaminan mutu, mereka juga tahu hanya orang yang benar-benar terpilih saja yang masuk radarnya Najwa. Selain itu tentu saja karena rating program acara yang dipandu oleh Najwa sangat tinggi sehingga memberi peluang sang narasumber menjadi lebih terekspose di mata publik.

Mungkin nyaris semua tokoh-tokoh penting Indonesia sudah pernah dia wawancarai, Najwa terlihat akrab dan menikmati kedekatannya dengan seluruh tokoh yang masih berkiprah aktif maupun sudah purna tugas.

Juga dengan tokoh-tokoh yang mendukung pemerintah dan "oposisi pemerintah", termasuk pucuk pimpinan tertinggi Indonesia saat ini Presiden Jokowi terlihat sangat akrab dengan dirinya.

Begitupun dengan mantan lawannya dalam Pilpres 2019, Pasangan Prabowo dan Sandiaga Uno. Bahkan dengan pihak yang tampak membenci Jokowi pun ia terlihat lumayan akrab.

Artinya seperti seharusnya seorang jurnalis, Najwa memiliki netralitas secara politis yang cukup baik dalam mempraktekan produk jurnalistiknya.

Buktinya ia dipercayai oleh hampir semua pihak, namun ia pun memiliki konsekuensi harus berhadapan dengan para pendukung kedua pihak. Jika pertanyaan dalam wawancaranya terkadang menohok dan dianggap menyerang pihak tertentu.

Perpecahan politis di Indonesia yang tampaknya tak pernah usai, sepertinya membawa Najwa Shihab dalam posisi yang cukup sulit namun bisa menjadi berkah juga bagi produk-produk jurnalistiknya.

Misalnya, Program acara Mata Najwa selalu menjadi yang ditunggu oleh pemirsanya saat Pilkada 2017 dan Pilpres 2019 lalu

Hasil wawancaranya selalu menjadi perbincangan di media sosial, insight dalam wawancaranya menjadi amunisi bagi kedua belah pihak buat saling serang.

Ia mampu menjadi trigered bagi diskursus-diskursus baru, ia memantik polemik yang menarik untuk kemudian menjadi sebuah hot topik perbincangan.

Tak semua News Anchor bisa melakukan itu, bahkan hanya sedikit saja yang mampu melakukannya, maka saya rasa pantas jika Najwa Shihab disebut sebuah fenomena yang cukup spesial di dunia jurnalistik Indonesia.

Contoh termutakhir ialah saat wawancara eksklusif Najwa dengan Presiden Jokowi tentang penangangan pandemi Covid-19, yang bertajuk " Jokowi Diuji Pandemi"  dalam acara Mata Najwa Edisi Rabu tanggal 22 April 2020 lalu.

Wawancara itu diawali dengan pertanyaan tentang situasi terkini penanganan Covid-19 kemudian beralih  ke  berbagai kebijakan yang diambil pemerintah Indonesia dalam menahan penyebaran virus tersebut.

Hingga kemudian pada pertanyaan tentang kebijakan Jokowi yang melarang seluruh rakyat Indonesia untuk mudik saat lebaran nanti.

Najwa menanyakan apakah larangan itu tidak terlambat , karena yang mudik angkanya sudah ratusan ribu orang, angka yang mengkhawatirkan ditengah pandemi seperti ini.

Jokowi menjawab dengan santai, "kalau itu bukan mudik tapi pulang kampung, karena disini  sudah tidak ada pekerjaan, ya mereka pulang karena anak istrinya ada di kampung," urai Jokowi. Seperti yang dilansir Liputan6.Com.

Demi  mendengar jawaban Jokowi,  Najwa Shihab terlihat kaget, dan langsung secara spontan ia kembali bertanya, "apa bedanya bapak, antara mudik dan pulang kampung,"tanya Najwa.

Kemudian Jokowi menerangkan  apa perbedaan dua kalimat tersebut, yang sepertinya di mata awam terlihat sama saja.

Nah, 2 pertanyaan inilah yang kemudian menjadi bahan perbincangan yang ramai  diberbagai platform media sosial, kata pulang kampung dan mudik menjadi trending topik di Twitter, jutaan akun menanggapinya.

Channel Youtube Narasi TV untuk topik ini tembus 3 juta viewer, angka yang luar biasa besar. Topik mudik dan pulang kampung ini kemudian memicu hujatan kepada Jokowi oleh para pihak yang bersebarangan, oposisi, dan pembenci Jokowi.

Dilain pihak para pendukung Jokowi membelanya seraya menghujat dan menyerang  Najwa Shihab yang mereka anggap kecentilan karena menganggap pertanyaan tentang mudik dan pulang kampung itu adalah upaya genit Najwa untuk menggoda Jokowi agar terlihat salah dimata publik.

Saya melihat ini sebuah keberuntungan dan kepiawaian Najwa dalam membangun sebuah wawancara, dan hebatnya Jokowi sendiri tak merasa terganggu dengan kondisi itu, karena memang ia merasa tak ada upaya memelintir sebuah kata untuk memojokannya, semua mengalir begitu saja.

Momen ini mungkin jarang sekali didapatkan oleh seorang anchor news lain. Namun tentu saja Najwa pun harus bersiap menerima umpatan, cacian dan makian serta hujatan yang ditujukan kepada dirinya terkait produk jirnalistik yang ia buat.

Antara Najwa Shihab dan para pendukung  pemerintah Jokowi dan pihak yang berseberangan dengan Jokowi itu ikatannya seperti benci tapi rindu.

Ya bisa lah disebut begitu relasi antara mereka, tentunya kita masih ingat ketika Najwa ditolak oleh para pendukung Prabowo -Sandi untuk menjadi moderator dalam salah satu seri Debat Capres 2019 lalu, karena dianggap lebih memihak Jokowi, yang juga dihiasi ujaran tak mengenakan kepada Najwa Shihab

Tapi dalam.kesempatan lain, seperti dalam wawancara pandemi Covid -19 ia malah diglorifikasi oleh para lawan politik Jokowi, dan di bully oleh para pemdukung Jokowi.

Itulah susahnya berada dalam posisi di tengah-tengah seperti Najwa, harus siap dihujat oleh kedua belah pihak. 

Belum tuntas benar sebetulnya kegaduhan  mudik dan pulang kampung. Najwa kembali memantik kontroversi, kali ini bukan melalui wawancara, tapi surat terbuka yang ia bacakan lewat akun Instagram miliknya @Najwashihab, yang ditujukan kepada para Anggota DPR yang terhormat.

Dalam surat yang dibacakannya tersebut, jelas terdengar bahwa ia sedang menyindir Kinerja DPR terutama terkait dengan pembahasan RUU Omnibus Law, yang terus dikebut dibahas, padahal suasana saat ini tak kondusif karena semua pihak harus berkonsentrasi pada pandemi Covid-19.

"Jika ngotot menuntaskan Omnibus Law, atau RUU KUHP, jangan salahkan jika ada anggapan DPR tidak menjadikan perang melawan corona sebagai prioritas," kata Najwa dalam surat terbuka yang dibacakannya lalu diunggah di akun Instagramnya pada Sabtu, 2 Mei 2020. Seperti yang saya kutip dari Tempo.co.

Ia pun menyoroti kinerja DPR dalam penanganan Covid-19 yang dianggapnya tak rerlalu signifikan. Kemudian Najwa pun membandingkan kinerja DPR saat Pandemi maupun sebelum pandemi, yang ia sebutkan sama saja.

Di akhir suratnya ia membandingkan perilaku DPR dalam membahas berbagai RUU  di tengah pandemi, dengan sepasang pengantin yang terpaksa menunda pernikahannya karena pandemi yang kini sedang melanda Indinesia.

"Ini kok DPR buru-buru banget kaya yang ngejar setoran," ujar Najwa.

Sontak saja surat terbuka ini di respon oleh sejumlah anggota DPR dengan kecaman terhadap Najwa, seperti yang diungkapkan oleh anggota DPR dari Fraksi PDIP Arteria Dahlan.

"Jangan Ghibah, perbanyak ibadah ini bulan puasa. Jangan sok merasa diri berparas Cinderella berhati malaikat seperti tak punya dosa dan aib padahal banyak orang melihat berbeda," ujar Arteria Minggu (03/05/20) seperti yang dilansir Wartaekonomi.Com.

Kemudian salah satu Anggota DPR dari Fraksi Partai Gerindra, Andre Rosiade menyentil Najwa Shihab, lewat akun Twitter miliknya @andre-rosiade. Yang menyebutkan salah salah satu start-up binaan Najwa di bawah PT. Sekolah Integrasi Digital mendapat penunjukan proyek sebagai bagian dari mitra Kartu Pra Kerja.

Ya, begitulah kondisinya para anggota dewan yang terhormat,  politik itu memang mengenai kepentingan dan persepsi.

Ketika keduanya atau salah satu dari keduanya diusik maka perlawanan akan terjadi. Najwa mungkin mencoba mengingatkan DPR agar fokus membantu pemerintah yang kini sedang bergelut memerangi Covid-19.

Namun DPR juga merasa perlu bekerja seperti biasa termasuk membahas RUU Omnibus Law Ciptaker. Namun tak perlu juga DPR menjadi se-frontal itu. 

Toh Najwa cuma mengingatkan saja, namun karena Najwa memiliki kekuatan untuk membangun opini dan persepsi makanya DPR harus bereaksi sekeras itu, coba yang ngomong bukan Najwa Shihab, rakyat biasa yang tak memiliki kapasitas setinggi Najwa kelihatannya akan disikapi berbeda 

Ya begitulah, tapi Najwa tetap harus sangat berhati-hati jangan sampai terlena, agar terus bisa mengawal dan memberitakan sebuah kebenaran tanpa pretensi apapun.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun