Bulan Ramadhan menjelang, insyaallah besok umat muslim di seluruh dunia termasuk Indonesia akan melaksanakan puasa wajib selama satu bulan penuh.
Dalam kondisi normal biasanya bulan Ramadhan akan menjadi berkah bukan saja dari aspek spritual tetapi juga aspek ekonomi.Â
Harapan terbesar bagi pemerintah untuk menggenjot pertumbuhan ekonomi nasional karena biasanya konsumsi masyarakat saat Ramadhan akan naik secara signifikan.
Di sisi demand, meskipun bulan Ramadhan sejatinya secara spritual menahan hawa nafsu, namun faktanya belanja masyarakat justru akan naik di bulan penuh berkah ini.
Di awal Ramadhan belanja masyarakat akan lebih banyak pada konsumsi bahan pangan saja, dan itu akan diikuti oleh kenaikan harga berbagai bahan pokok.
Di pertengahan dan menjelang akhir Ramadhan konsumsi masyarakat tak hanya urusan pangan, urusan sandang pun kemudian diserbu untuk menyambut Hari Raya Idul Fitri.
Budaya mudik pun akan membuat perputaran uang di bulan Ramadhan semakin kencang, redistribusi aset terjadi uang kota kemudian beredar di desa akibatnya pertumbuhan ekonomi di daerah akan naik.
Di sisi supply, dalam kondisi hidup normal, untuk menjaga daya beli masyarakat biasanya pemerintah mewajibkan semua perusahaan untuk memberi Tunjangan Hari Raya  (THR) yang nilainya bervariasi.
Dengan kondisi ini peredaran uang saat bulan Ramadhan dari awal hingga di tutup oleh Hari Raya Idul Fitri menjadi sangat besar, jauh melampaui jumlah di luar bulan Ramadhan.
Tahun 2019 lalu peredaran uang saat bulan suci umat muslim ini menurut catatan Bank Indonesia (BI) berkisar Rp.188 triliun.
Kondisi ini secara normal akan memicu inflasi, karena terdorong oleh permintaan yang sangat besar walaupun sebenarnya supply juga akan nyaris sama besar.