Nah pertanyaannya seberapa efektif Lockdown dapat mengurangi penyebaran COVID 19.
Lockdown memang dapat mencegah penyebaran virus corona dari luar daerah ke dalam wilayah tersebut. Namun jika virus tersebut sudah ada di dalam daerah tersebut kebijakan lockdown ini menjadi tidak efektif, selain hanya untuk mengurangi penyebaran keluar wilayah tersebut.
Sebagai contoh, Italia melakukan lockdown pada akhir Februari 2020 lalu di Provinsi Lombardi wilayah paling parah terkena pandemi COVID 19.
Tetapi tak menunjukan hasil apapun, virus corona sudah keburu menyebar ke wilayah lain. Bahkan saat Pemerintah Italia kemudian menerapkan lockdown secara nasional kasus baru malah naik secara signifikan.
Sejak lockdown dilakukan secara nasional di Italia, pada tanggal 9 Maret 2020 telah terjadi peningkatan kasus sebanyak 15 ribu kasus, 3 kali lebih banyak dibandingkan sebelum lockdown dilakukan.
Nah, Â misalnya di DKI dilakukan lockdown penyebaran akan tetap terjadi baik di dalam wilayah DKI maupun di wilayah-wilayah lain karena virus itu memang sudah menyebar.
Di Indonesia saat ini baru masuk tahap permulaan, jadi pertambahan jumlah kasus pasti akan terus terjadi apapun yang dilakukan termasuk lockdown.
Jika lockdown tetap dilakukan maka keadaan akan bertambah buruk dengan berbagai permasalah yang akan mengiringinya.
Salah satu hal yang paling penting adalah masalah kesiapan logistik, suplai pangan dan berbagai kebutuhan pokok lainnya.
DKI Jakarta seperti diketahui bersama suplai kebutuhan pokoknya tergantung pada pasokan dari daerah lain.
Kebayang ga sih, kalau misalnya Jakarta melakukan lockdown tanpa persiapan yang matang. Satu kebijakan yang jauh lebih sederhana saja seperti pembatasan transportasi umum yang dikeluarkan oleh Anies hari Senin (16/03/20) kemarin tanpa kajian dan persiapan matang, harus berujung kekisruhan, antrean mengular,kepadatan tak terkendali terjadi.