Mohon tunggu...
Efwe
Efwe Mohon Tunggu... Administrasi - Officer yang Menulis

Penikmat Aksara, Ekonomi, Politik, dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Investasi Ini, Tak Terinfeksi Virus Corona

2 Maret 2020   09:19 Diperbarui: 2 Maret 2020   09:27 177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Wabah Virus Corona menampar keras hampir seluruh sendi kehidupan di dunia ini, termasuk ekonomi dunia. 

International Monetar Fund (IMF) memperkirakan pertumbuhan ekonomi dunia pada tahun 2020 akan berada di level 2,9 persen saja.

Angka pertumbuhan terendah selama 10 tahun terakhir. "Diperkirakan akan ada pengurangan (angka pertumbuhan) di 0,1-0,2 persen," jelas Managing Director IMF, Kristalina Georgieva, dalam konferensi Global Women's Forum di Dubai beberapa waktu lalu. Seperti yang dilansir CNNIndonesia.com

China yang merupakan sumber dari penyebaran COVID 19 ini perekonomiannya yang diperkirakan terpukul paling telak, diperkirakan akan mengalami kontraksi paling dalam.

Pertumbuhan ekonomi China menurut IMF hanya akan berada di angka 5,6 persen, angka pertumbuhan ekonomi terendah dalam 30 terakhir.

Dampak penurunan perekonomian China akan langsung terasa ke berbagai negara mengingat China merupakan kekuatan ekonomi nomor 2 di dunia, termasuk Indonesia.

Dilansir kompas.com, setiap 1 persen penurunan ekonomi China akan berdampak terhadap penurunan ekonomi Indonesia sebesar 0,58 persen.

Dengan kenyataan seperti saat ini agaknya cukup sulit ekonomi Indonesia untuk tumbuh diatas 5 persen pada tahun 2020 ini, bahkan bisa jadi perumbuhannya hanya berada di kisaran 4 hingga 4,5 persen.

Jumat (28/02/20) kemarin IHSG tergerus cukup dalam menyentuh level terendah sejak 3 tahun lalu di angka 5.448,  Anjlok sebesar 1,58 persen.

Pasar saham memang sedang mendapatkan tekanan sangat berat. Volatilitas harga cukup tinggi, investasi menjadi challenging dalam situasi seperti ini.

Investor portofolio harus benar-benar berhitung dalam berinvestasi. Karena dalam jangka pendek bahkan menengah pasar dipastikan akan terus bergejolak.

Ditengah situasi bergejolak seperti ini pasar obligasi dan pasar ekuitas, masih bisa menjadi pilihan yang menarik dalam situasi seperti ini, karena relatif lebih aman dari gejolak pasar.

Obligasi biasanya akan menjadi pilihan paling menarik dalam situasi seperti ini, di Amerika Serikat, Obligasi Pemerintah AS (US Tresury) beberapa hari belakangan naik cukup kencang, akibat jadi sasaran investasi para investor dunia.

Naiknya harga obligasi tersebut kemudian menekan imbal hasil atau Yield, karena normalnya naiknya harga obligasi akan berbanding terbalik dengan imbal hasil yang diberikan.

Seperti halnya di AS, pasar obligasi di Indonesia pun bergerak ke arah yang sama. Potensi kenaikan harganya masih tersedia, karena diperkirakan suku bunga acuan  akan terus turun dan ini justru akan memberikan dampak yang baik bagi surat utang.

Nah berkaca kepada hal tersebut, rasanya layak bagi para investor terutama investor ritel untuk segera menanamkan investasinya  surat utang negara yang baru-baru ini di rilis oleh Pemerintah Indonesia.

Surat berharga syariah khusus ritel, atau biasa disebut Sukuk Ritel seri 12 merupakan salah satu instrumen keuangan yang sangat menarik untuk investasi.

Kemenkeu.go.id
Kemenkeu.go.id
Imbal hasilnya cukup menarik 6,3 persen per tahun, diatas rata-rata deposito. Kuponnya dibayarkan perbulan.

Sangat aman karena dilindungi oleh Undang-Undang nomor 19 tahun  2008, jadi gagal bayar 99,9 persen tak akan terjadi.

Dan SR-12 Ini merupakan sukuk ritel yang bisa diperdagangkan di pasar sekunder, dalam situasi pasar seperti ini potensi kenaikan harga di pasar sekunder cukup tinggi.

Artinya potensi keuntungan bukan hanya datang dari kupon imbal hasil yang sebesar 6,3 persen tadi, tapi juga bisa di dapat dari selisih antara jual dan beli atau capital gain.

Lebih asyik nya investor tak perlu modal besar untuk bisa berinvestasi  di SR-12 ini, cukup dengan Rp.1 juta saja sudah bisa berinvestasi.

Tapi karena sifatnya untuk ritel, ada batasan pembelian maksimum yakni sebesar Rp.3 miliar untuk pembelian satu nama.

Cara membelinya pun sangat mudah, Direktorat Jenderal Pengelolaan, Pmbiayaan, dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan menyediakan situs e-SBN yang akan menuntun para investor pemula untuk bisa berinvestasi di instrumen tersebut.

Terdapat 28 mitra distribusi yang menjadi partner pemerintah dalam memasarkan produk tersebut, kabarnya hingga 1 minggu setelah peluncuran tanggal 24 Februari 2020 lalu, investasi yang sudah masuk dalam instrumen tersebut sudah mencapai Rp. 1 triliun.

Jika berminat waktu penawaran masih tersisa cukup panjang, hingga tanggal 18 Maret 2020 pukul 10.00 WIB.

Dan satu hal yang lebih penting, dana hasil dari penjualan SR-12 Ini akan digunakan untuk.membiayai pembangunan nasional, baik untuk infrastruktur maupun pembangunan sumber daya manusia.

Oh ya karena ini instrumen syariah, maka sudag dapat dipastikan kesyariahan-nya karena dalam penerbitannya diawasi dan diatur oleh Dewan Syariah Nasional.

Jadi saya rasa ditengah gejolak pasar investasi dunia akibat virus corona, SR 12 merupakan salah satu pilihan yang sangat tepat untuk berinvestasi.

Sumber.

satu, dua

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun