Mohon tunggu...
Efwe
Efwe Mohon Tunggu... Administrasi - Officer yang Menulis

Penikmat Aksara, Ekonomi, Politik, dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Di KRL Sebagian Besar Tulisanku Lahir

14 Februari 2020   07:44 Diperbarui: 15 Februari 2020   06:29 189
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagi para Commuter yang tinggal di seputar Jakarta atau dalam akronim populer Jabodetabek, tapi memiliki penghidupan di wilayah DKI Jakarta.Kereta Rel Listrik atawa KRL merupakan sahabat sejatinya.

Pagi dan petang, saat berangkat dan pulang kerja, KRL selalu setia menjadi teman perjalanan. Kenapa menggunakan KRL dibanding moda trasportasi lain?

KRL itu transportasi yang efesien, waktunya relatif terukur dan secara ekonomi pun sangat terjangkau. Walaupun tentu saja jangan terlalu berharap kenyamanan seperti Kereta Api jarak jauh.

KRL Jabodetabek merupakan angkutan shuttle yang perjalanannya rata-rata tak lebih dari 2 jam, jadi yah kalau desak-desakan atau terdapat keterlambatan yang paling ekstrem ada tindak kejahatan seperti pencopetan atau dalam beberapa kasus ada pelecehan seks.

Kereta Shuttle macam KRL memang dinamikanya seperti itu, itu karena densitas dalam satu gerbong sangat padat.

Di jepang saja yang namanya angkutan masal shuttle kepadatannya serupa dengan KRL, bedanya mereka jarang sekali terlambat tak seperti di Indonesia. 

Sebagai salah satu commuter, saya sangat menikmati naik KRL, ada kiat tersendiri yang akan datang dengan sendirinya untuk menyikapi dinamika-dinamika yang terjadi saat perjalanan KRL.

Saya biasanya naik dari Stasiun Pondok Cina menuju Stasiun Juanda, jika saya langsung naik menuju arah Jakarta sudah dapat dipastikan saya tak akan dapat tempat duduk, boro-boro duduk masuk saja terkadang susah.

Makanya saya lebih sering  menunggu kereta balik ke Stasiun Depok dari arah Jakarta, dan akan kembali dari stasiun tersebut dengan tujuan Jakarta.

Oh iya saya terangkan dulu nih biar yang tak berada di wilayah Jabodetabek bisa ada gambaran.

KRL Jabodetabek di operasikan oleh anak usaha PT. Kereta Api Indonesia (KAI), bernama PT. Kereta Commuter Jakarta (KCJ).

Daerah operasinya, saya ambil yang terjauh mulai dari perlintasan Bogor, Cikarang, Rangkasbitung, dan Tanggerang. Dengan 5 tujuan akhir, Satsiun Kota, Stasiun Tanah Abang, Stasiun Angke, Stasiun Duri, dan Stasiun Jatinegara.

Nah Depok itu merupakan bagian perlintasan arah Bogor. Jika kita urut dari Depok, setiap hari saya melewati 16 Stasiun untuk sampai ketujuan saya di Stasiun Juanda. Dengan waktu tempuh rata-rata 1 jam.

Walaupun sebenarnya bervariasi antara 45 menit hingga 1,5 jam tergantung dinamika yang terjadi di jalan. 

Karena ada beberapa titik yang biasanya membuat perjalanan kereta  saya menjadi tertahan,  Stasiun Manggarai salah satunya, karena Manggarai merupakan stasiun pembagi arah, atau biasa disebut stasiun transit.

Jika lagi sial, bisa tertahan 20 menit untuk.masuk Stasiun Manggarai ini, tapi rata-rata sih tertahannya sekitar 5 sampe 10 menit.

Kemudian saat memasuki Stasiun Gambir, karena perlintasan di stasiun itu dipakai untuk kereta jarak jauh, ke arah timur Pulau Jawa.

Ya itulah KRL  sangat padat seringkali terlambat walau masih terukur tapi sangat efesien secara waktu dan ekonomis. 

Sebagai perbandingan, jika saya naik bis atau membawa kendaraan pribadi waktu yang harus di tempuh bisa 2 hingga 3 jam untuk sampai ke kantor.

Jalanan Jakarta saat jam sibuk sukar sekali ditebak, bisa macet di beberapa titik, mulai dari Lenteng Agung hingga Pasar Minggu.

Jika melewati jalan tol, walaupun jargonnya bebas hambatan, tapi faktanya hambatan saat jam sibuk selalu terjadi.

Belum lagi jika kita bicara biaya perjalanan, naik mobil sendiri, sehari pulang pergi minimal harus keluar uang Rp.100 ribu hingga Rp.150 ribu.

Sedangkan naik KRL itu, saya hanya menghabiskan ongkos Rp. 6.000 untuk perjalanan pulang dan pergi, bisa menggunakan kartu bank, kartu THB (Tiket Harian Berjaminan) atau KMT (Kartu Multi Trip)

Naik roda dua, mungkin lebih murah dibanding naik mobil, tapi capenya dan harus kuat tahan polusi dan emosi.

Makanya tak heran 1 juta penumpang setiap hari menggunakan jasa transportasi KRL Jabodetabek ini, targetnya untuk tahun 2020 ini 1,3 juta penumpang diharapkan akan memakai KRL menjadi sarana transportasi hariannya.

Untuk mengurangi kemacetan di Jakarta, yang kini semakin akut. Jika tak terpaksa sekali, saya malas memakai transportasi lain menuju tempat kerja, selain macet dan membuat waktu tempuh menjadi lama, juga sangat tidak efesien.

Bagi saya menggunakan KRL itu, selain efesien tadi. Juga membuat saya bisa menulis di Kompasiana secara teratur.

Karena untuk mengisi waktu perjalanan, saya menulis. Setiap hari setiap berangkat kerja saya nulis untuk diposting di Kompasiana.

Asik, membuat waktu tempuh tak terasa, anehnya saya sering kali saya dapat ide tulisan ya saat naik KRL ini. Biasanya saya mulai nulis dari stasiun Depok, jika tulisannya tak terlalu berat dan butuh data referensi yang banyak sebelum sampai stasiun akhir tulisan itu sudah beres.

Namun jika butuh data dan referensi yang banyak, saya akan lengkapi itu di kantor. Sebagian besar tulisan saya yang ada di Kompasiana ditulisnya di KRL dalam perjalanan pagi.

Kalau sore, saat pulang biasanya saya nonton film, biar enggak terlalu penat.

Tulisan ini pun saya tulis di kereta, ya nulis tentang kereta ya enaknya di kereta.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun